Kota Batu, Bhirawa
Meskipun permintaan meningkat selama bulan Ramadan ini, namun pabrik pembuatan cincau hitam yang ada di Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo, memilih untuk menghentikan produksinya. Hal ini berkaitan dengan naiknya harga bahan baku berupa janggelan yang harus didatangkan dari luar kota.
Diketahui cincau hitam banyak digunakan oleh para pengusaha kuliner terutama pedagang es baik yang berskala besar maupun berskala kecil seperti Pedagang kaki Lima (PKL). Biasanya,
selama bulan Ramadhan pabrik ini bisa menghabiskan 3-4 ton janggelan sebagai bahan baku cincau.
“Namun dalam Ramadan kali ini kita tidak lagi memproduksi cincau. Karena hingga saat ini harga bahan baku janggelan masih mahal,”ujar Nur Suwandi, pemiliki pabrik Cincau Tlekung, Selasa (30/6).
Nur menjelaskan untuk membuat cincau, dirinya harus mendatangkan janggelan dari luar kota. Di antaranya, Ponorogo, Pacitan, dan Wonogiri. Namun mulai tahun 2013, harga janggelan ini mulai naik hingga usaha dari Nur Suwandi mulai mengalami kesulitan produksi.
Awalnya harga janggelan ini hanya Rp15.000 per kilonya. Namun harga ini terus merangkak naik hingga akhirnya mencapai Rp 45.000 per kilo. Pada saat harga normal, Nur Suwandi menjual ciincau dengan harga Rp 22.000 per kotak. Dan ketika harga naik, ia mencoba untuk menaikkan harga jual untuk mengurangi nilai kerugian.
“Kita pernah menaikkan harga dengan menjual cincau senilai Rp 28.000 per kotak. Namun harga ini mendapatkan penolakan dari para pembeli hingga mereka tidak mau membeli. Padahal dengan harga segitu kita masih merugi,” keluh Nur. [nas]
Meskipun permintaan meningkat selama bulan Ramadan ini, namun pabrik pembuatan cincau hitam yang ada di Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo, memilih untuk menghentikan produksinya. Hal ini berkaitan dengan naiknya harga bahan baku berupa janggelan yang harus didatangkan dari luar kota.
Diketahui cincau hitam banyak digunakan oleh para pengusaha kuliner terutama pedagang es baik yang berskala besar maupun berskala kecil seperti Pedagang kaki Lima (PKL). Biasanya,
selama bulan Ramadhan pabrik ini bisa menghabiskan 3-4 ton janggelan sebagai bahan baku cincau.
“Namun dalam Ramadan kali ini kita tidak lagi memproduksi cincau. Karena hingga saat ini harga bahan baku janggelan masih mahal,”ujar Nur Suwandi, pemiliki pabrik Cincau Tlekung, Selasa (30/6).
Nur menjelaskan untuk membuat cincau, dirinya harus mendatangkan janggelan dari luar kota. Di antaranya, Ponorogo, Pacitan, dan Wonogiri. Namun mulai tahun 2013, harga janggelan ini mulai naik hingga usaha dari Nur Suwandi mulai mengalami kesulitan produksi.
Awalnya harga janggelan ini hanya Rp15.000 per kilonya. Namun harga ini terus merangkak naik hingga akhirnya mencapai Rp 45.000 per kilo. Pada saat harga normal, Nur Suwandi menjual ciincau dengan harga Rp 22.000 per kotak. Dan ketika harga naik, ia mencoba untuk menaikkan harga jual untuk mengurangi nilai kerugian.
“Kita pernah menaikkan harga dengan menjual cincau senilai Rp 28.000 per kotak. Namun harga ini mendapatkan penolakan dari para pembeli hingga mereka tidak mau membeli. Padahal dengan harga segitu kita masih merugi,” keluh Nur. [nas]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar