October 25, 2010 · Dikutip dari Web Simpul Demokrasi- KBD
Komunitas
Batu untuk Demokrasi – Junggo saat ini merupakan Dusun, bagian dari
Desa Tulungrejo dengan jumlah penduduk lebih kurang 3.000 jiwa yang
terdiri 1.625 perempuan dan 1.375 laki-laki demikian informasi dari
Kepala Dusun Junggo Bapak Suwaji.
Batas wilayah Dusun Junggo :
Sebelah utara : Dusun Wonorejo
Sebelah barat : Dusun Wonorejo
Sebelah timur : Hutan Perum Perhutani BKPH Singosari KPH Malang dan Desa Sumbergondo.
Sebelah selatan: Dusun Gerdu.
Kondisi Geografis Dusun Junggo :
Ketinggian dari permukaan laut : 1.300 s/d 1700 dpl. Banyaknya curah hujan rerata : 8,9 mm
Suhu rata-rata : 18 s/d 24 C
Mata pencaharian penduduk sehari-hari sebagai petani sayur-mayur dan
petani apel juga sebagian besar warganya sebagai buruh tani.
Penelusuran terbentuknya daerah Junggo kami peroleh dari hasil
wawancara kami dengan Bapak Achmad usia 62 tahun seorang sesepuh Dusun
Junggo yang merupakan Tokoh Agama Hindu Dharma di Dusun Junggo, beliau
sewaktu mudanya pernah melakukan penelusuran dan pencatatan sejarah
Junggo bersama almarhum Bapaknya yang bernama Bapak Katam. Sayangnya
buku hasil catatan beliau ini telah rusak akibat dibuat mainan adiknya
sewaktu masih kecil.
Junggo
merupakan sebuah nama yang di ambil dari nama Eyang Jugo. Eyang Jugo
adalah seorang Raja dari Keraton Solo pada Kerajaan Mataran Hindu
(Mungkin yang dimaksud kerajaan kecil bagian dari Kerajaan Mataram
Hindu). Pada tahun 1406 Saka (tahun penanggalan Umat Hindu) atau pada
tahun 1328 Masehi, Eyang Jugo memerintahkan senopatinya yang nama
samarannya Mbah Giyek untuk mencari daerah pelarian yang letaknya di
lereng Gunung Arjuno. Hal ini dikarenakan Kerajaan Mataram Hindu jatuh
karena dianggap kalah perang dengan Wali Songo.
Daerah yang dimaksud adalah Dusun Junggo saat ini, dengan
ditemukannya beberapa sumber mata air dan daerahnya dianggap aman.
Akhirnya Mbah Giyek kembali ke kerajaan Mataram memberitahukan bahwa
daerah ini cocok untuk dijadikan tempat pelarian.
Disampaikan juga oleh Bapak Achmad bahwa Eyang Jugo setelah mendapat
laporan dari Mbah Giyek akhirnya mengajak semua pengikut dan kerabatnya
ke daerah di lereng Gunung Arjuno ini. Oleh karena raja mereka bernama
Eyang Jugo maka daerah lereng Gunung Arjuno sebelah barat ini diberi
nama Junggo. Eyang Jugo pindah ke daerah Junggo ini diikuti oleh
senopatinya yang bernama samaran Senopati Mbah Ronoyudo, terbukti dengan
adanya kuburan di sebelah utara SD Negeri Tulungrejo II terdapat
kuburannya Mbah Ronoyudo yang menurut kepercayaan warga Junggo dianggap
sebagai Dah Yang atau Sing Bedah Eyang artinya yang membuka daerah
tersebut pertama kali. Istilah Dah Yang sekarang ini diartikan sebagai
Danyang atau dianggap orang saat ini sebagai penunggunya. Tetapi menurut
kepercayaan umat Hindu dianggap sebagai Roh Suci karena telah dianggap
berjasa pada daerah setempat.
Selain di dampingi Mbah Ronoyudo, Eyang Jugo juga di damping oleh
Pujangga yang bernama Eyang Ronggo Sekti beliau ini dikuburkan di
sekitar Sumber Dampul yang terletak di sebelah utara dari makam Mbah
Ronoyudo. Diceritakan juga bahwa Mbah Giyek mulai bedah krawang / babat
alas dimulai dari daerah Sumbersari yaitu daerah perbatasan paling
selatan Dusun Junggo dengan Dusun Gerdu, hingga daerah sekitar Sumber
Kali Ledok (merupakan daerah Sumber Mata Air, yang saat ini airnya
dialirkan ke Kampung Sumbersari wilayah RW 9 Dusun Junggo. Selanjutnya
Mbah Ronoyudo dan Mbah Giyek membangun Balai Agung atau balai pertemuan
untuk tempat bermusyawarah yang di namakan Watugambang (hingga saat ini
dianggap sebagai Punden yang setiap Hari Proklamasi dan setiap tahun
diadakan Selamatan Desa berkumpul disini), dulu berdiri pohon beringin
yang dianggap telah berusia ratusan tahun, tetapi telah dibakar
seseorang sehingga keberadaan pohon beringin tersebut telah punah. Juga
telah membangun Punden Tugu yang merupakan tempat berkumpul sementara
untuk menunggu teman-teman mereka, setelah berkumpul maka mereka
berangkat bersama ke Balai Agung yang di namakan Watugambang. Sesudah
berkumpul mereka mengadakan hiburan dengan alat musik Gambang, makanya
dinamakan Punden Watugambang.
Disampaikan
bahwa Eyang Jugo sewaktu meninggal dikubur di daerah Kesamben Blitar
juga memiliki anak buah yang bernama Eyang Purwosenjoto yang merupakan
Mranggi yaitu seseorang yang diberi kepercayaan untuk merawat senjata
pusaka sebagai alat untuk berperang bila sewaktu-waktu diserang oleh
musuh. Eyang Purwosenjoto dikubur di daerah Buludendeng yang termasuk
wilayah Desa Bulukerto. Makanya ada jalan di Desa Punten yang ke arah
timur menuju Desa Bulukerto diberi nama jalan Purwosenjoto.
Diceritakan juga oleh Bapak Achmad bahwa dilereng Gunung Arjuno
sekitar 4 Km dari Junggo terdapat Punden Klenah Kurung. Pada waktu
Kolonial Belanda menanam Kina bahasa Jawanya Klenah disini ada satu
pohon Kina yang tumbuhnya seperti pohon beringin, katanya biasanya pohon
Kina tumbuhnya lurus tidak bercabang akhirnya dinamakan sebagai Punden
Klenah Kurung. Jaman dulu sebelum ditanami Kina daerah ini dianggap
sebagai tempat petilasan / rumah kediaman yang menjaga Ken Dedes seorang
keturunan dari tentara Tartar dari negeri Tiongkok / Cina sambil
menjaga Candi Pawon.
Diceritakan bahwa dulu dilereng Gunung Arjuno terdapat Candi Pawon,
oleh karena Gunung Arjuno meletus maka Candi Pawon telah tertutup oleh
material letusan Gunung Arjuno. Oleh karena itu saat ini Umat Hindu
telah membangun Pura yang dinamakan Pura Giri Arjuno yang dianggap
sebagai tempat berdirinya Candi Pawon. Pura Giri Arjuno ini merupakan
Pura terbesar di Jawa Timur, umat Hindu menganggap bahwa setiap umat
Hindu berdo’a di Pura ini maka semua do’anya akan dikabulkan oleh Sang
Hyang Widi (Tuhan Yang Maha Esa). Tidak heran setiap minggunya banyak
pengunjung yang beragama Hindu dari berbagai daerah di Jawa Timur maupun
dari Provinsi Bali yang melakukan persembahyangan di Pura ini.
Disampaikan oleh Bapak Achmad bahwa ada Mahasiswa yang datang dari
Universitas Airlangga, Universitas Brawijaya, Universitas Udayana dan
beberapa Universitas Swasta juga banyak, mereka melakukan
persembahyangan dan menginap kadang-kadang lebih dari dua hari. Pura
Giri Arjuno saat ini merupakan bagian dari Wisata Religi yang ada di
Kota Wisata Batu.
Nama Junggo dulu pernah jadi nama Desa Junggo, dan nama Junggo pernah
digunakan untuk nama Aris yaitu merupakan Magang sebelum menjadi
Kecamatan atau Daerah Kecamatan Persiapan. Menurut Bapak Paran (usia 80
tahun) Pejabat Aris membawahi 10 Kepala Desa. Kepala Desa Junggo yang
warga asli Junggo bernama Pak Dul Wongsosari dengan pusat
pemerintahannya atau Kantor Desa di rumah Nenek Rumayah saat ini sebab
Nenek Rumayah merupakan anak satu-satunya dari Pak Dul Wongsosari.
Data Nama Kepala Dusun Junggo yang pernah menjabat :
No. Tahun Nama yang menjabat
1 Tidak diketahui Bapak Ngadi ayah dari Bapak Sukardi
2 Tidak diketahui Bapak Saudi ayah dari alm Untung Saudi
3 Tidak diketahui Bapak Kabul kakek dari Ibu Umi Kabul
4 Tidak diketahui Bapak M. Zainul Bakri (Caretaker) 3 bulan
5 1969 s/d 1981 Bapak Sami’un (selama 12 tahun)
6 1981 s/d 2002 Bapak Kasiyono (selama 22 tahun)
7 2002 s/d 2003 Bapak Kasiyono sakit, terjadi kekosongan Pemerintahan
8 2003 s/d saat ini Bapak Suwaji
Data Nama Kepetengan (Kepala Keamanan Dusun) Junggo yang pernah menjabat :
No. Tahun Nama yang menjabat
1 Tidak diketahui Bapak Ladi
2 Tidak diketahui Bapak Saudi
3 Tidak diketahui Bapak Harmat
4 Tidak diketahui Bapak Mu’alim
5 Tidak diketahui Bapak Kasiyono
6 Tidak diketahui Bapak Saimo
7 1984 s/d 2.001 Bapak Kalil
8 2001 s/d 2009 Bapak Suliyan
Note: Jabatan Kepetengan sejak tahun 2009 di Dusun Junggo khususnya dan umumnya di Desa Tulungrejo telah dihapus.
Data Nama Kebayan (Bagian Umum di Dusun) Junggo yang pernah menjabat :
No. Tahun Nama yang menjabat
1 Tidak diketahui Bapak Kaseni
2 Tidak diketahui Bapak Majuri
3 Tidak diketahui Bapak Parmuji
Note: Jabatan Kebayan sejak tahun 2.000 di dusun Junggo telah ditiadakan.
Data Kesenian yang ada di Dusun Junggo :
No. Jenis Kesenian dan Nama Ketua
1 Kuda Lumping Bapak Sumardi
2 Terbang Jidor Bapak Li’amin
3 Reog Junggorejo Bapak Suparto
4 Karawitan Margirahayu Bapak Li’amin
Data Sarana Pendidikan yang ada di Dusun Junggo :
No. Nama Lembaga Kepala Sekolah
1 Play Group “Anggrek” Ibu Astutik
2 Taman Kanak-Kanak “Arjuno” Ibu Kumiati
3 SD Negeri Tulungrejo II Bapak Kusman Hadi
4 TPQ “Nur Rohmah” Bapak Suntari
Data tempat Ibadah yang ada di Dusun Junggo :
No. Jenis Tempat Ibadah Nama Pengelola
1 Masjid An-Nur Bapak H. Sobirin
2 Musholla Al-Falah Bapak Sugiman
3 Musholla Mambaul Huda Bapak Ngateno
4 Masjid Al-Ikhlas Bapak Suntari
5 Musholla Sabilul Huda Ibu Hj. Kemi
6 Musholla As Salam Bapak Sujono
7 Pura Indra Jaya Bapak Akhmad
8 Pura Giri Arjuna Bapak Basuki
9 Gereja Bethel Bapak Pendeta Mikhail
Sejarah Singkat Desa Tulungrejo.
Desa Tulungrejo memiliki sedikit catatan sejarah sejak tahun 1835.
1. Sejak tahun 1835 Desa Junggo telah terbentuk yang terdiri dari Dusun Kekep, Dusun Gondang, Dusun Gerdu dan Dusun Junggo.
2. Desa Junggo berubah nama menjadi Desa Tulungrejo pada tahun 1925
karena pusat pemerintahannya di pindahkan ke Dusun Gondang dengan Kepala
Desanya Bapak Mukri.
3. Dusun Sumberbrantas baru terbentuk
menjadi dusun tersendiri pada tahun 1984 yang dikenal dengan nama
Jurangkuali dengan Kepala Dusunnya bernama Bapak Marman.
4. Pada
tahun 2003 Dusun Junggo dimekarkan menjadi dua Dusun yaitu selain Dusun
Junggo terbentuklah Dusun Wonorejo dengan wilayahnya kampung Pancasila,
Kampung Talun dan Pemukiman Purnawirawan TNI Angkatan Udara.
5. Pada tanggal 22 Desember 2005, Desa Tulungrejo dimekarkan menjadi dua
yaitu Desa Tulungrejo dan Desa Persiapan Sumberbrantas.
6. Tahun 2007 Desa Persiapan Sumberbrantas resmi menjadi Desa Sumberbrantas.
Data Nama Petinggi (Kepala Desa) yang pernah menjabat di Desa Tulungrejo :
No. Tahun Keterangan Petinggi dan Wilayahnya
1 1835 – 1878 Kepala Desa Junggo dijabat oleh Pak Sutrono Al-Buki
2 1878 – 1898 Kepala Desa Junggo dijabat oleh Pak Kartinah
3 1898 – 1907 Kepala Desa Junggo dijabat oleh Pak Ruki
4 1907 – 1916 Kepala Desa Junggo dijabat oleh Pak Ruki
5 1916 – 1922 Kepala Desa Junggo dijabat oleh Pak Dul Wongsosari Pusat Pemerintahannya di Junggo
6 1922 – 1925 Kepala Desa Junggo dijabat oleh Pak Siyah Pusat Pemerintahannya di pindahkan ke Dusun Gerdu.
7 1925 – 1932 Kepala Desa Tulungrejo dijabat oleh Pak Mukri Pusat Pemerintahannya dipindahkan ke Dusun Gondang
8 1932 – 1947 Kepala Desa Tulungrejo dijabat oleh Pak Martorejo
9
1947 – 1948 Pak Martorejo mengungsi, Belanda mengangkat Pak Makali
sebagai Kepala Desa, dan tidak disenangi oleh rakyatnya, sehingga tahun
1948 Pak Makali terbunuh.
10 1948 – 1950 Kepala Desa Tulungrejo dijabat oleh Pak Achmad
11 1950 – 1967 Kepala Desa Tulungrejo dijabat oleh Pak Martorejo hasil pemilihan
12 September – November 1967 Kepala Desa Tulungrejo dijabat oleh Caretaker Pak Mulyono
13 1967 – 1972 Kepala Desa Tulungrejo dijabat oleh Caretaker Pak Soekaryo dari Desa Punten
14 1972 – 1990 Kepala Desa Tulungrejo dijabat oleh Pak Armanoe M.
15 5 September 1990 s/d 2007 Kepala Desa Tulungrejo dijabat oleh Pak H. Ch. Prawoto
16 2007 s/d sekarang Kepala Desa Tulungrejo dijabat oleh Pak Prasetyono
Data Desa Tulungrejo :
1. Wilayah Desa Tulungrejo :
Luas
wilayah Desa Tulungrejo yaitu seluas 38,13 Km persegi atau sekitar
807,019 Ha. Desa Tulungrejo terdiri dari 5 dusun yaitu Dusun Gondang,
Dusun Kekep, Dusun Gerdu, Dusun Junggo dan Dusun Wonorejo.
2. Batas Wilayah Desa Tulungrejo :
Sebelah Utara : Desa Sumberbrantas
Sebelah Selatan : Desa Punten
Sebelah Barat : Hutan Perum Perhutani BKPH Pujon KPH Malang
Sebelah Timur : Desa Sumbergondo
3. Tata Guna tanah Desa Tulungrejo :
Tanah Kas Desa : 25,508 Ha
Tanah Bondo Desa : 8 Ha
4. Jumlah Penduduk Desa Tulungrejo :
No. Tingkatan Penduduk Jumlah
1 Jumlah Penduduk Laki-laki 4.076 orang
2 Jumlah Penduduk Perempuan 4.284 orang
3 Jumlah Penduduk Desa Tulungrejo 8.360 orang
4 Jumlah Kepala Keluarga 2.156 orang
Ditulis oleh: Arif Erwinadi, Peserta Sekolah Demokrasi Kota Batu Angkatan V Tahun 2010.