Perjalanan kemudian berlanjut ke sentra
buah di kawasan Achmad Jais, yang merupakan pusat perkulakan dan agen buah
terbesar di Surabaya.Surya masuk di agen Godong. Di sini, cold storage
perusahaan dipenuhi buah impor. Menurut pemilik Godong, buah impor diburu lantaran
banyak pilihan dan ada sepanjang tahun atau tidak terpengaruh musim. Di tingkat
agen besar, buah-bauh impor ini dijual dalam kemasan kerdus antara 7 sampai 17
kg.
Untuk membeli apel misalnya, pembeli bisa
memilih berbagai merek. Yang paling laris adalah Sunmoon, Yummie, Joe dan
Acefresh. Harga dipatok antara Rp 360.000 sampai Rp 400.000. “Kami impor
dari Tiongkok dan Amerika Serikat,” ujarnya. Buah lain yang termasuk primadona adalah jeruk. Tak beda dengan
apel, merek buah bervitamin C itu juga tidak sedikit. Ada jeruk sunkist, keprok
dan lemon. Jeruk-jeruk ini juga didatangkan dari Amerika Serikat, Afrika dan
tentu saja Tiongkok. Soal harga, dia mematok Rp 200.000 sampai Rp 250.000. Ada pula
anggur impor dipatok Rp 170.000 untuk yang berasal dari Tiongkok. Sedangkan yang
diimpor dari Amerika Serikat dibandrol Rp 300.000 sampai Rp 400.000. ”Banyaknya jenis dan merek, membuat
harga juga beragam. Kalau yang murah-murah biasanya dibuat acara selamatan,” ujarnya.
Di gudang agen buah ini sebenarnya juga
menjual buah lokal. Saat Surya datang ke gudang tersebut, terdapat mangga,
blimbing, matoa, salak dan pisang. Dia mengakui, buah lokal kurang diminati.
Pasalnya, selain pilihannya yang tidak banyak, harga buah impor lebih murah. Dia
mengungkapkan, agen besar seperti dirinya cukup sulit menjual buah lokal. Umur
buah lokal relatif lebih pendek dibandingkan dengan yang impor.
Buah lokal, kata dia, hanya memiliki umur
kesegaran maksimal dua hari. Sedangkan buah impor, bisa berumur lebih dari satu
minggu. ”Buah lokal
tidak bisa kalau disimpan di lemari pendingin. Kalau yang impor, datang dari
kontainer, bisa saya simpan paling tidak sampai satu minggu. Kalau yang lokal
ini, pagi datang sore tidak laku, sudah tanda-tanda sulit dijual.
Ujung-ujungnya ya dibuang,” kata dia sembari menunjuk ke arah keranjang tempat buah busuk.
Saat ini dia mengaku, pasar buah impor
terpukul. Sejak sebelum pemilu sampai akhir November ini, dia mengaku penjualan
buahnya menurun drastis.
Penjualan buah impor semakin terjepit
lantaran Indonesia sedang panen mangga. Pembeli buah kini beralih ke mangga
yang harganya relatif bisa dijangkau. Di pasaran mangga dibandrol antara Rp 8.000/kg
sampai Rp 12.000/kg. Bahkan, ada pedagang yang menjajakan mangga hanya Rp
5.000/kg.
“Kalau musim mangga, ya begini ini. Sepi tidak ada yang beli. Kondisi
seperti membuat kami harus kejar-kejaran dengan masa segar buah,” ungkapnya. Dia
mencontohkan, pir impor ukuran kecil kini hanya dibandrol Rp 65.000/karton atau
Rp 5.000/kg. Biasanya, pera jenis itu bisa laku di atas Rp 100.000/karton. “Kalau sudah kalah, ya mau apa lagi.
Dijual selakunya. Kalah karena masa segarnya hampir habis,” imbuhnya.
(idl/ben/day) SURYA Online, SURABAYA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar