Taman Hutan
Raya (Tahura) R Soerjo terbakar sejak tanggal 2 September 2014. Lahan seluas 25
hektare pun habis. Pihak Tahura menduga, penyebab kebakaran
berasal dari api yang dinyalakan oleh para pemburu burung saat menginap di hutan.
Lokasi kebakaran
berada di sebelah barat puncak Gunung
Arjuno. Terbakarnya Tahura sempat membuat pihak Tahura menutup sementara.
Sebanyak 20 personil dari personil Tahura Batu dan
Pamhut memadamkan api siang dan malam.
Koordinator lapangan Tahura Wilayah Batu, Eko
Wahyu mengatakan, untuk
jalur menuju Gunung Arjuno melalui Tretes masih ditutup. Sementara, pendaki
bisa masuk melalui Desa Sumberbrantas.
Eko mempekirakan, pemburu burung dari Karangploso
dan Pujon yang menyebabkan hutan terbakar. Hal itu, kata Eko, pemburu burung di
Tahura orangnya
tetap. “Orangnya itu-itu saja, kalau pemburu tidak profesional tidak mungkin
bisa berburu di sana. Mereka menginap di dalam hutan,” paparnya, Kamis (4/9).
Pihak Tahura mengaku tidak mencegah para pemburu
satwa, salah satunya adalah pemburu burung itu. Sebab, mereka bisa semaunya
lewat jalur mana saja. Sehingga, pihak Tahura sulit mendeteksi kehadiran para
pemburu ini.
Seperti diketahui, pintu masuk resmi menuju hutan
bisa lewat Tretes, Lawang, dan Batu. Namun, biasanya para pemburu masuk tanpa
izin dan tidak lewat pintu resmi.
“Jalur terbuka
darimana pun bisa masuk. Kalau pendaki tidak mungkin menyalakan api karena
tahu, api tu justru bisa mengusir hewan,” katanya.
Kasus terbakarnya Tahura membuat
pihak kehutanan berharap kepada pemerintah daerah sekitar Tahura supaya membuat
peraturan daerah supaya memasukkan klausul larangan berburu.
“Kalau partisipasi masyarakat
aktif pada saat di atas (gunung), maka antisipasi di bawah sudah bisa
ditangani,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Resort Tahura wilayah Batu, Gatot Sumdoro mengungkapkan, akibat kebakaran, kerugian terhadap ekosistem hutan tak ternilai. Api menyebabkan humus dan hewan-hewan kecil mati. Beberapa tanaman pun ikut mati.
Sementara itu, Kepala Resort Tahura wilayah Batu, Gatot Sumdoro mengungkapkan, akibat kebakaran, kerugian terhadap ekosistem hutan tak ternilai. Api menyebabkan humus dan hewan-hewan kecil mati. Beberapa tanaman pun ikut mati.
Tahura terdapat berbagai jenis tanaman, antara
lain, tanan kesek suren, cemara gunung, kemelingga, akasia. “Kebakaran membuat
lingkungan hutan hancur, terutama hewan-hewan mikro. Humus sulit dikembalikan
seperti sebelumnya,” ujarnya.
Gatot berharap, selain kehutanan, instansi lainnya
juga ikut membantu menjaga hutan. “Lingkungan hidup ini untuk kita bersama
harus kita jaga bersama. Seringkali instansi-instansi di pemda hanya memikirkan
ekonomi saja,” keluhnya. Batu, Memo (ca-5)
Padahal baru saja musim kemarau tiba, kok sudah bisa terbakar hingga 25 Hektar ya? Semoga ke depan Petugas Jaga Wana nya lebih aktif lagi melakukan pengawasan di lapangan. Karena Tahura R Soerjo merupakan daerah tangkapan air bagi sumber mata air yang ada dibawahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar