Budi, pemilik kios buah pinggir jalan di
Pecindilan Surabaya, mengatakan buah impor seperti seperti apel dari Tiongkok,
Australia dan Amerika Serikat, cukup diminati konsumen.
Sementara, apel-apel lokal seperti dari
Kota Batu, meski sebenarnya juga diminati, namun ketersediaannya tidak stabil. ”Kalau apel Washington selalu ada
kapan saja. Sedangkan kalau apel Batu, seperti sekarang ini sedang kosong. Tidak
ada stok k
arena katanya di sana (Kota Batu) belum panen. Jadi memang tergantung kiriman. Padahal kalau ada yang selalu laris juga,” kata Budi.
arena katanya di sana (Kota Batu) belum panen. Jadi memang tergantung kiriman. Padahal kalau ada yang selalu laris juga,” kata Budi.
Pedagang berusia 70-an tahun ini
mengungkapkan, soal harga, buah lokal lebih murah ketimbang buah impor. Apel Batu,
biasanya dia jual seharga Rp 20.000/kg. Sedangkan apel impor, rata-rata Rp
27.500/kg. Demikian pula dengan jeruk. Jeruk lokal yang juga didatangkan dari
Batu, dihargai Rp 10.000/kg. Meski itu lebih murah, ternyata tetap kalah
peminatnya dibanding jeruk impor dari Tiongkok dan Australia, yang dihargai
rata-rata Rp 20.000/kg.
Surya bergeser ke pasar tradisional
Wonokromo. Di sini, buah-buah impor seperti apel, jeruk, dan anggur, mudah
ditemukan. “Anggur lokal
ini harganya Rp 18.000. Kalau yang merah ini, anggur Amerika, harganya Rp
30.000 dan Rp 56.000,” kata Tutik, pedagang di pasar Wonokromo, Selasa (25/11/2014). Anggur impor
dari Amerika Serikat terbungkus rapi pada kemasan plastik. Sementara
anggur Bali berwarna hitam yang ditunjuknya pertama, dibiarkan tergantung apa
adanya. Tanpa pembungkus sama sekali.
Di pasar ini, apel impor melimpah, terutama
apel Amerika dan apel Fuji dari Tiongkok. Apel-apel berwarna cerah
itu dibungkus menggunakan jaring styrofoam putih atau merah jambu dan ditumpuk
di kotak-kotak kayu. ”Kalau apel
Batu, saya tidak punya. Sedang kosong semua. Tapi coba cari di pedagang lain,” kata Tutik.
(idl/ben/day) - SURYA Online, SURABAYA .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar