Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota BatuSugeng Pramono mengatakan, produktivitas tanaman apel di Batu tengah
anjlok lantaran tanaman berusia di atas 20 tahun. Hal itu berdampak pada
menurunnya produktivitas kebun apel yang tersebar di wilayah Bumiaji,
Punten, Turungrejo, Bulukerto, dan Sumber Bendo.
Data Dinas
Pertanian Batu pada 2005, mencatat tanaman apel sebanyak 2.604.829
pohon. Sekitar 2.204.800 pohon di antaranya tanaman produktif. Total
produksi apel setiap tahun sebanyak 1,2 juta kuintal atau produktivitas
tanaman per pohon sekitar 28,02 kg. Sayangnya, sejak 2010, produksi apel
menurun menjadi 2.574.852 pohon, dan hanya 1.974.366 pohon yang
produktif. Sedangkan, produktivitas tanaman hanya 17 kg per pohon.
Menurut
Sugeng, Pemkot Batu sudah melakukan penelitian dan identifikasi terkait
masalah yang dihadapi petani apel. Untuk itu, pihaknya telah
menyediakan anggaran peremajaan tanaman dan mendorong agar pemilik kebun
menggunakan pupuk organik. Pasalnya, petani masih banyak yang
menggunakan pupuk kimian berlebihan.
Akibatnya, tanah menjadi
jenuh dan tak subur hingga membuat hasil panen apel menurun. Kalau hal
itu dibiarkan berlangsung terus, ia khawatir, produktivitas pohon apel
bakal mencapai titik terendah akibat kesuburan tanah terganggu.
“Pertanian alami harus terus dibangun dan dikembangkan demi
kesejahteraan masyarakat dan untuk warisan yang baik bagi anak cucu
kita,” kata Sugeng.
Karena itu, ia bertekad melakukan pengadaan
bibit yang semuanya diberikan kepada petani apel agar produksi bisa
lebih maksimal. Penyuluhan juga terus digencarkan agar mulai dihasilkan
apel organik demi kebaikan bersama. “Kita lakukan pendampingin ketika
melakukan revitalisasi lahan. Setelah itu baru pengadaan bibit untuk
peremajaan. Diharapkan, penggiat apel bisa lebih makmur.”
Untuk
itu, pihaknya menggandeng Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Batu dalam
mengatasi persoalan itu. Tujuannya agar tercapai sinergitas dengan baik
lantaran bibit apel yang ditanam tidak semata untuk dipanen. Ketika
sudah berbuah, kawasan kebun apel bisa semakin dikembangkan menjadi
kawasan wisata dengan manajemen promosi yang lebih baik. Sehingga,
petani tidak hanya mengandalkan hasil panen dari kebun apel, melainkan
juga dari kedatangan wisatawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar