Buah impor di supermarket selalu melimpah. “Ya ini karena
memang animo masyarakat sangat tinggi,” jelas Pahlevi Nugroho, Regional Merchandise Fresh East Region dan Kepulauan
di Supermarket Hero Group, Senin (24/11/2014). Hero Group mengelola
sejumlah suparmarket, seperti Giant dan Hero.
Pahlevi mengatakan, buah impor lebih
diminati oleh masyarakat. Penyebabnya kualitas produk yang lebih terjamin. Lalu pula
packing yang lebih terstandarisasi. Satu lagi, harganya relatif konsisten.
Kualitas buah impor yang didatangkan ke swalayan jauh lebih terjamin karena telah melalui proses quality control (QC). Sebaliknya untuk buah lokal, kualitasnya seringkali tidak merata. ”Ada yang bagus dan ada yang jelek,” kata Pahlevi. Lalu cara packing, para petani buah lokal kerap juga tidak konsisten.
Kualitas buah impor yang didatangkan ke swalayan jauh lebih terjamin karena telah melalui proses quality control (QC). Sebaliknya untuk buah lokal, kualitasnya seringkali tidak merata. ”Ada yang bagus dan ada yang jelek,” kata Pahlevi. Lalu cara packing, para petani buah lokal kerap juga tidak konsisten.
Pahlevi mencontohkan, dalam sebuah kemasan
kardus yang sama, jumlah buah di dalamnya seringkali tidak sama. Ini berbeda
dengan pemasok buah impor. Mereka menjaga betul-betul pola packing. Dalam satu
kardus kemasan yang sama, berat buah dalam satu kardus tetap sama. ”Petani buah lokal ini belum bisa
konsisten saol packing,” tambahnya. Hero Group sendiri, melalui para pemasok, telah berupaya menggandeng
para petani buah lokal. Mereka diberi alokasi pembelanjaan.
Maksudnya, total kebutuhan swalayan selama
beberapa periode ke depan, selalu diinformasikan kepada para petani. Dengan
demikian, diharapkan para petani bisa terpicu untuk menggenjot produksi karena
pasar telah dibuka lebar.
“Dalam beberapa kali kesempatan, kami juga mengedukasi para petani
itu untuk meningkatkan kualitas serta melakukan standarisasi produk,” sebutnya. Keluhan lain
yang disebutkan oleh pengelola swalayan adalah perang harga yang dilakukan para
petani.
Ada kalanya mereka memainkan harga sehingga
produk petani lain tak dilirik pengelola swalayan yang menyediakan ruang
berjualan, kemudian lambat laun mati. Dari segi harga, aksi main banting harga sesama
petani buah itu memang menguntungkan para pengelola swalayan. Mereka berpeluang
mendapatkan harga rendah.
Tetapi masalahnya, aksi saling banting
harga itu kerap membingungkan. Harga selalu menjadi tidak stabil. Pengelola
swalayan kesulitan mengatur keuangannya. Memang bukan tidak
mungkin, saat berhasil menciptakan ketergantungan dari pengelola swalayan,
petani yang memainkan harga, menaikkan harga buahnya secara serampangan dengan
dalih ketersediaan yang langka.
”Kalau ditawar harga normal, mereka bilang barangnya langka. Tetapi
begitu ditawar harga lebih tinggi, mereka bilang barangnya ada. Harusnya memang
para petani buah lokal ini bersatu atau diatur lewat koperasi sehingga tidak
sampai terjadi perang harga. Sedangkan buah impor, harganya lebih stabil dan
membuat perusahaan lebih senang,” pungkas Pahlevi. (ben) SURYA Online, SURABAYA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar