Peraturan Gubernur Jatim mengatur tegas.
Buah impor hanya boleh dijual di toko buah, supermarket, dan pasar modern
seperti plaza. Tapi di pasar tradisonal, buah luar negeri ternyata juga
mendominasi. Pedagang hanya melongo saat diberitahu ada Pergub Jatim yang
melarang buah impor dijual di pasar rakyat.
“Anggur Bali ini harganya Rp 18.000. Kalau yang merah ini, anggur
dari Amerika,
harganya Rp 30.000, dan Rp 56.000. Kalau yang Rp 30.000 lebih kecut (asam),” kata Mutmainah, pedagang di Pasar Wonokromo, Selasa (25/11/2014) siang. Anggur impor dari Amerika yang terakhir ditunjuk pedagang perempuan itu terbungkus rapi menggunakan kemasan plastik.
harganya Rp 30.000, dan Rp 56.000. Kalau yang Rp 30.000 lebih kecut (asam),” kata Mutmainah, pedagang di Pasar Wonokromo, Selasa (25/11/2014) siang. Anggur impor dari Amerika yang terakhir ditunjuk pedagang perempuan itu terbungkus rapi menggunakan kemasan plastik.
Sementara anggur Bali berwarna hitam yang
ditunjuknya pertama, dibiarkan tergantung apa adanya. Tanpa pembungkus sama
sekali. Apel impor juga menjadi pemandangan dominan di sana. Kebanyakan apel
asal Amerika dan Tiongkok. Apel-apel berwarna cerah itu disajikan dengan apik
dengan pembungkus berupa jaring-jaring. Sebagian menggunakan
pembungkus jaring warna putih dan merah jambu.
Apel Malang yang menjadi ikon apel di Jatim
dan di Tanah Air, hari itu justru tidak temukan. ”Kalau apel Batu, saya tidak punya. Coba cari di belakang sana,” tutur
Mutmainah sembari menunjuk deretan stan pedagang buah-buahan di belakangnya. Di deretan
stan yang ditunjuk umumnya juga menjual apel impor. Hanya ada satu stan yang
hari itu memajang apel Malang.
”Orang sini biasa panggil saya, Pak Gundul,” begitu pemilik stan itu menjawab
saat Surya mengajaknya berkenalan. Kata Pak Gundul, apel lokal dari Malang sedang
seret. Stoknya tidak banyak. Dia berani mengklaim, hari itu, dialah
satu-satunya pedagang di Pasar Wonokromo yang memiliki stok.
”Hari ini cuma saya punya stok. Ini baru dikirim kemarin. Kelihatan
masih segar,” katanya sambil mengambil satu apel manalagi dari boks kayu untuk
ditunjukkan pada Surya. Melihat fisik dan warna apel yang tertata bersanding di bedak jualan
Pak Gundul, apel-apel Malang itu kalah dibanding apel Fuji dan apel Washington. Warnanya kalah
cerah. Begitu pula ukurannya. Apel Malang tidak seragam, ada yang besar dan ada
yang kecil.
Sebaliknya apel luar negeri itu warna dan
ukurannya rancak, sehingga terlihat lebih rapi dalam tumpukan. Soal harga,
sudah bisa ditebak. Apel impor yang warna dan ukurannya lebih apik itu, jelas
punya banderol lebih tinggi. Apel merek Fuji dan Washington itu dibanderol Rp
30.000 per kilogram. Sedangkan apel manalagi, cuma Rp 20.000 per kilogram.
(ben) SURYA Online, SURABAYA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar