LAHAN JADI HOTEL, APEL BATU TERANCAM PUNAH




LAHAN JADI HOTEL, APEL BATU TERANCAM PUNAH
Dikutip dari : TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Petani apel di kota Batu miris, dengan kondisi kualitas dan kuantitas produksi apel saat ini. kota Batu yang dulu terkenal dengan kota apel, kini tidak lagi bisa meningkatkan produktifitas dengan baik. Bahkan, lahan perkebunan apel sudah banyak beralih fungsi menjadi perkebunan tebu dan ‘beton’.

Darmanto, pengurus kelompok tani apel Bumi Jaya 2 Desa Bumiaji, mengakui saat ini petani sudah mulai merasakan sulitnya budidaya maupun berkebun apel sebagai matapencaharian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan pohon apel tidak lagi bisa tumbuh dengan baik. Kota Batu tidak dingin, dan banyaknya petani yang beralih tanam tebu. Tebu banyak menyerap air, sehingga otomatis air tanah terserap tebu.

Selain itu, harga pestisida mahal sampai Rp 100.000/kg membuat petani apel tidak bisa berbuat banyak. Untuk memperbaiki produksi buah apel harus ada penghijauan, bukan tanaman ‘beton’ (bangunan hotel, resort, perumahan).



"Dengan banyaknya bangunan itu, pohon apel tidak bisa hidup dengan normal. Kami tidak neko-neko, sebaiknya Pemerintah mengembalikan apel Batu sebagai maskot kota ini yang dulunya sangat terkenal dengan apelnya," katanya.

Dulu, Dusun Binangun Bumiaji memiliki 200 hektare lahan pohon apel, sekarang telah menyusut tinggal 30 persen. Lahan Batu di Tulungrejo, Junggo, Sumber Brantas sudah sedkit sekali ditanami apel.

"Hampir rata-rata ditanami tebu," katanya.

Masyarakat Batu juga prihatin adanya bangunan apel di alun-alun. Tidak selayaknya bangunan apel itu dijadikan toilet. “Ini maskot Kota Batu. Ini membuat petani apel merasa  diremehkan. Kami minta agar wali kota mengganti," katanya.

Wakil Ketua Komisi B (Bidang ekonomi, Pariwisata, Kesehatan, Perdagangan, pertanian, Keuangan) DPRD Kota Batu, Simon Purwoali membenarkan adanya penurunan kuantitas apel Batu. Penurunan itu disebabkan pohon apel perlu peremajaan dan kondisi tanah yang sudah kurang baik.

“Begitu juga suhu tetap dingin agar pohon apel tetap hidup. Yang tidak kalah lagi perilaku petani. Merubah pola dari pola obat-obatan kimia ke pupuk organik,” katanya.

Lima tahun ini memang petani apel kurang diperhatikan. Itu terlihat dari anggaran untuk program revitalisasi apel sedikit sekali, yakni Rp 500 juta sampai Rp 1 miliar saja.

“Padahal, apel ini andalan Kota Batu. Kami akan koordinasi dengan petani dan dinas pertanian. Kami akan tambah anggaran dan harus ada tindakan khusus,” katanya.

Ia menambahkan, Wali Kota sudah mencanangkan wisata go internasional, karena itu produksi dan kualitas apel perlu ditingkatkan sebagai bagian dari produksi andalan.

“Jangan sampai apel di Kota Batu ini dikepung apel-apel dari luar negeri,” ucapnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar