1.700 Balita Stunting Di Kota Batu


BATU –Pada Rabu  (21/10/2020) bertempat di Caffee De Beran Rumah Kayu  Desa Sidomulyo Kecamatan Batu  Kota Batu Jawa Timur diadakan diskusi kesehatan bertemakan strategi penurunan Stunting di Kota Batu. Yang dihadiri oleh Ketua Tim Penggerak PKK Desa Sidomulyo, anggota Pokja Desa Sidomulyo Sehat, Forum Kota Batu Sehat dan dari Dinas Kesehatan Kota Batu. Dalam sambutannya Ketua Forum Kota Batu Sehat Salam Safitri menyampaikan, “Data balita stunting di Kota Batu ada 1.700 balita, sangat disayangkan mereka bukan dari keluarga tidak mampu tetapi dari keluarga menengah ke atas. Hal ini dikarenakan kesibukan ibu-ibu rumah tangga selain mengurus pekerjaan rumah tangga juga sibuk mengurus tanaman bunganya dikebun sehingga tidak sempat memperhatikan pola makan keluarganya.”
Aris Setyo dari Puskesmas Sisir Kota Batu menyampaikan, "Jumlah anak stunting di Kota Batu ada 1.700 balita dari 6.000 balita se Kota Batu yang datanya lengkap itu untuk data tahun 2019 dan di tahun 2020 ini sudah ada penurunan. Data tersebut diperoleh dari Kader Kesehatan yang ada dimasing-masing Desa Kelurahan. Stunting yaitu tinggi badannya tidak sesuai dengan anak seusianya,  biasanya karena  kurang protein. Untuk menentukan stunting tidak boleh menyebutkan nama anaknya. Kalau anak stunting maka tinggi dia akan berada di grafik bawah KMS (Kartu Menuju Sehat), tinggi badan dia berada di grafik minus 2 atau minus 3 itu juga sudah tergolong pendek dan sangat pendek. Stunting biasanya disebabkan pola makanan dan  faktor genetik juga mempengaruhi,". 
“Salah satu cara untuk mengurangi stunting Pemerintah Kota Batu telah memberikan bantuan susu dan biskuit serta tablet tambah darah untuk Ibu hamil. Sedangkan balita yang stunting diberikan juga bantuan susu dan biskuit selama 3 bulan secara gratis, untuk tahun 2021 juga sudah dianggarkan,” tambah Aris Setyo.

Salma Safitri Ketua Forum Kota Batu Sehat menambahkan, “Bila ada Ibu melahirkan yang dirumah sendirian, agar sebagai tetangga turut peduli. Supaya bisa memenuhi asupan gizi pada anaknya, biasanya baru melahirkan sudah harus mengurusi urusan rumah tangga juga harus mengurusi bayinya sendirian. Di butuhkan tetangga atau saudara dekatnya untuk membantu minimal untuk urus bayinya agar ada waktu untuk menyediakan makanan yang bergizi untuk dirinya sehingga asupan ASI memenuhi standar gizi buat bayinya. Melakukan Sosialisasi  agar warga desa selalu mengkonsumsi sayur-mayur dan makanan yang mengandung protein dengan mengurangi konsumsi yang mengandung karbohidrat berlebihan”.

Pewarta : Arif Erwinadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar