KOTA BATU – Serangan kutu sisik pada tanaman apel di Kota Batu cukup
menghawatirkan. Serangan kutu sisik yang bisa menyebabkan kematian ini
telah menyerang ribuan tanaman apel yang menjadi ikon kota wisata ini.
Hasil penelusuran tim Dinas Pertanian dan Kehutanan (Distanhut)
Pemkot Batu dalam dua minggu terakhir, diketahui 9 hektar lahan apel
yang terserang kutu sisik. Jumlah tersebut dari total lahan apel yang
seluas 1.700 hektar. ”Sangat mungkin bertambah, karena tim masih
melakukan pendataan di lapangan,” kata Heru Sulihadi, Kasi Perlindungan
Tanaman dan Pencegahan Hama, Distanhut Pemkot Batu, siang kemarin.
Dia lantas menyebutkan, lahan apel seluas 9 hektar yang terserang
kutu sisik itu, berada di daerah penghasil apel yang tersebar di 8 desa
di Kecamatan Bumiaji. Antara lain Desa Giripurno; Tulungrejo;
Pandanrejo; Sumbergondo; Bulukerto; Punten; Gunungsari; dan Desa
Bumiaji.
Setelah melakukan pendataan, pihaknya telah mempersiapkan sejumlah
tindakan pencegahan maupun pemberantasan kutu sisik. Upaya yang
dilakukan di antaranya dengan memberikan pelatihan kepada para petani
apel untuk membuat pupuk agar bisa menanggulangi kutu sisik secara
mandiri. ”Pelatihannya melalui sekolah lapang. Selain itu, juga akan
dilakukan penyemprotan hama secara masal,” kata dia.
Serangan kutu sisik sudah cukup lama menjadi ancaman para petani
apel. Mereka melakukan banyak cara untuk memberantasa serangan penyakit
ini. Seperti halnya dengan melakukan penyemprotasn pestisida. Selain
itu, mereka juga membungkus buah apel untuk mencegah serangan kutu sisik
pada buah apel. Upaya membungkus buah apel itu juga sebagai salah satu
upaya untuk mempercepat pertumbuhan buah apel.
Kondisi itu seperti halnya dialami oleh petani apel Suwajak yang
tinggal di Dusun Banaran, Desa Bumiaji, Kecamatan Bumiaji. Dia
menyebutkan, lahan apelnya yang seluas seribu meter persegi telah
diserang kutu sisik. Bahkan, menurutnya pada saat musim kemarau ini
lebih parah karena kutu beranak pinak dengan cepat. Kutu sisik itu terus
memakan batang tanaman cabang hingga buah.
Karena itu juga dia berencana pindah tanaman. ”Ssetelah satu kali
panen buah apel, akan pindah menanam jeruk. Banyak petani apel juga
sudah menanam jeruk dan lebih menguntungkan,” kata dia.
Serangan kutus sisik pada tanaman apel juga dialami petani Ali
Romaitani, asal Dusun Beru, Desa Bumiaji. Dia mengatakan, sudah
berkali-kali berusaha memberantas dan menangulangi kutu sisik
menggunakan pestisida. Namun, upaya tersebut tidak membuahkan hasil.
Tanaman apel kian kering dan akhirnya mati. ”Dalam satu tahun, ada
sebanyak 500 pohon mati megnering,” kata Ali.
Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Bumijaya Abadi Desa Bumiaji
Much Chamim mengatakan, pada musim kemarau serangan kutu sisik pada
tanaman apel kian bertambah. Dia khawatir, kondisi tersebut lambat laun
akan menyebabkan tanaman apel sebagai ikon kota Batu bakal habis.
Karena tidak hanya mati dimakan kutu sisik, tapi beralih ke tanaman
lainnya, seperti jeruk. ”Buah apel semakin mengecil. Sebab, tanaman
dimakan kutu sisik,” kata Chamim.
Sumber http://radarmalang.co.id (muk/yak)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar