Satu Bulan Lima Hektar Kebun Apel Untuk Wisata Petik
Musim libur akhir tahun, petani apel di Kota Batu panen raya. Dengan
konsep wisata petik apel Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), Arohman
Mustofa sukses menggiring wisatawan ke kebun apel milik petani Desa
Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu.
Hamparan pohon apel di Dusun Junggo Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji
kemarin siang tampak hijau. Buah apel pun terlihat segar siap
untuk di panen. Diantara pohon apel yang sudah siap panen, tampak
sejumlah wisatawan yang sedang memilih buah yang akan dipetik.
Mereka berjumlah 20 orang yang berasal dari Jakarta. Sedang mengikuti
kegiatan perusahaan di Kota Batu. Setelah tuntas mengikuti kegiatan,
siang harinya diajak guide dari Kota Batu menikmati wisata petik apel.
Sebelum masuk ke kebun apel, para wisatawan tersebut harus membeli
tiket terlebih dahulu. Setiap orangnya dikenai biaya Rp 20 ribu.
Selanjutnya wisatawan bisa memetik dan memakan apel sepuasnya di dalam
kebun.
Dengan didampingi Arohman Mustofa yang akrab dipanggil Tofa, para wisatawan pun leluasa memetik apel. Sambil foto selfie
wisatawan seolah-olah berada di kebun milik sendiri. ”Anggap saja kebun
sendiri. Bisa dikirim ke FB (Facebook). Ditulis statusnya beli kebun
apel seharga Rp 20 ribu,” kata Tofa kepada wisatawan asal Jakarta.
Ucapan Tofa tersebut membuat wisatawan itu tertawa dan langsung
mengeluarkan uang Rp 20 ribu dan membeli tiket. Untuk membawa pulang,
para wisatawan bisa membeli setiap kilogramnya dengan harga Rp 15 ribu.
Konsep petik apel tersebut sebenarnya sudah digagas oleh kelompok
petik apel Makmur Abadi tahun 2003. Tofa yang hanya tamatan SMP
Muhammadiyah 2 Sidomulyo ini melihat petik apel di desanya tidak begitu
semarak. Kalah dengan milik Kusuma Agro Wisata yang menang di publikasi.
Sejak kepemimpinan Wali Kota Batu, Eddy Rumpoko tahun 2007,
masyarakat pun digandeng untuk sadar wisata. Sebagai masyarakat bukan
hanya sebagai penonton. Namun bisa menangkap peluang untuk pengembangan
bisnis di desa.
Menginjak tahun 2009, pihak desa menginginkan karang taruna menggali
potensi yang ada. Saat itu Tofa sebagai ketua Karang Taruna Desa
Tulungrejo, mulai menangkap peluang wisata petik apel yang masih bisa
dikembangkan dengan baik. ”Saat itu ada potensi seperti petik apel,
pengolahan kripik, bunga, hingga wisata alam Coban Talun. Dan saya coba
kenalkan kepada wisatawan,” ungkap pria yang sudah berusia 37 tahun ini.
Dengan semangat mengembangkan desa wisata, Tofa dan Karang Taruna
launching wisata petik apel pada tanggal 17 Juli 2009. Dengan modal Rp 3
juta dari kas Karang Taruna Desa Tulungrejo, launching dihadiri Wakil
Gubernur Jawa Timur, Saifullah Yusuf yang akrab disapa Gus Ipul. ”Gus
Ipul saja bilang pada kami sebagai investor gendeng. Karena hanya modal
keinginan dan kemampuan. Tetapi akhirnya di kasih tambahan modal Rp 15
juta,” terang suami Erna Khanti Rahayu ini.
Setelah launching, wisata petik apel yang dikelola Pokdarwis pun
mulai ramai dikunjungi wisatawan. Bukan hanya dari wisatawan lokal.
Namun juga wisatawan asing.
Puncak prestasi yang diraih Pokdarwis Desa Tulungrejoa menyabet lima
besar wisata desa se-Indonesia tahun 2012. Hanya saja tahun 2014
prestasi merosot urutan 13. Walau merosot pada liburan panjang kemarin
wisatawan yang berkunjung di wisata petik apel cukup banyak.
Bahkan sekarang setiap bulannya harus menyiapkan 5 hektar kebun apel
siap panen. Untuk memanjakan wisatawan yang datang. Dengan bekerjasama
dengan petani, bisa menambah keuntungan. ”Jumlahnya wisatawan terus
meningkat. Dan kami harus siapkan kebun apel setiap bulannya agar tidak
pernah kosong,” ungkap Tofa.(*/bb)
Sumber : Radar Malang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar