Buat Standardisasi Ketat Untuk Bendung Buah Impor



Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengakui, peraturan yang dibuatnya tidak bisa efektif membendung buah dan sayur impor. Namun Soekarwo mengaku tidak akan berhenti. Ia mengaku sudah menemukan cara, yang menurutnya lebih efektif. Bukan dengan melarang buah impor masuk, tapi membuat dan menerapkan standardisasi ketat terhadap buah impor yang boleh beredar di pasar Jatim.

Sekarang sedang dimatangkan (ketentuan standardisasi buah impor). Tahun 2015 kita rencanakan sudah bisa berjalan efektif, katanya. Gubernur yang biasa dipanggil Pakde tersebut belum menjelaskan detil
standardisasi yang dirancangnya. Ia hanya membocorkan sedikit standardisasi yang dimaksudnya, antara lain, buah-buah yang masuk Jatim harus memenuhi standard kesehatan dan wajib bersih dari kimia dan pengawet.

Data impor hortikultura Jatim menunjukkan angkanya berlipat berlipat-lipat dibanding ekspor. Semester pertama tahun ini saja, nilai impor mencapai 135,963 juta dolar AS juta dengan volume 96.000 ton. Sedangkan ekspornya 570.000 dolar AS dengan volume 821 ton. Artinya, neraca perdagangan mengalami defisit 135,393 juta dolar AS.

Data terbaru menunjukkan neraca perdagangan semakin timpang. Sampai Juli lalu, tercatat volume impor hortikultura (buah dan sayuran) Jatim telah mencapai 561.390 ton dengan nilai 524,9 juta dolar AS. Sementara dalam hal ekspor, berdasarkan data yang sama di periode yang sama, tercatat nilainya sebanyak 62,6 juta dolar AS dengan volume sekitar 98.600 ton. Ketimpangan pola perdagangan holtikultura di Jatim ini bukan hanya terjadi pada tahun ini.

Dua tahun sebelumnya, data menyebutkan volume ekspor buah-buahan lokal 1.161,87 ton atau setara dengan 1,156 juta dola AS berbanding dengan impor sebesar 290.000 ton atau 290 juta dolar AS. Tahun lalu, volume ekspor bahkan menurun menjadi 719.000 ton atau senilai 860.000 dolar AS. Bandingkan dengan buah impor 300.000 ton atau senilai 361 juta dolar AS. Neraca perdagangan ekspor impor produk holtikultural selama tiga tahun berturut-turut ini menjadi bukti buah impor menjadi primadona pasar lokal. Penikmatnya, mulai dari masyarakat biasa sampai pengambil kebijakan itu sendiri. (idl/ben/day) SURYA Online, SURABAYA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar