Pada tahun 2015 kedua kelompok tani ini mendapatkan bantuan dari Dirjen Peternakan Kementrian Pertanian sejumlah 100 ekor sapi yang dikelola oleh Kelompok Tani Gunung Harta sejumlah 50 ekor dan Kelompok Tani Wonorejeki juga 50 ekor. Sedangkan dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Batu juga memberikan hibah sejumlah 20 ekor sapi yang dikelola oleh kelompok tani “Wonorejeko”, juga bantuan hibah pembangunan Kandang Komunal. Awalnya bantuan hibah sapi tersebut langsung dikelola di masing-masing kandang sapi milik setiap anggota karena bantuan sapi diterima pada tahun 2015 tetapi kandang komunal belum terbangun. Setelah ada pemeriksaan dan arahan dari Dirjen Peternakan pada tahun 2016 kandang komunal tersebut baru dibangunkan oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Batu.
Menurut Hartono (49 tahun) Sekretaris Kelompok Tani Gunung Harta bahwa setiap tahunnya rata-rata sapi betina yang mereka kelola tersebut telah beranak 2 kali. Anakan tersebut sebagian diperuntukkan untuk warga sekitar yang tidak memiliki sapi dengan cara bekerjasama bagi hasil untuk merawatnya. Bagi hasil tersebut disepakati bahwa setelah anakan sapi nanti besar kalau sudah layak dijual dengan bagi hasil 70 persen untuk yang merawat sapi dan 30 persen untuk kelompok tani “Gunung Harta”. Sedangkan hasil dari penjualan susu sapi yang bisa dinikmati oleh para anggota kelompok tani peternak rata-rata diperoleh susu 15 ltr / ekor / hari dengan harga jual ke KUD (Koperasi Unit Desa) Batu per Ltr dihargai Rp 5.000,-
Untuk kebutuhan rumput per ekor sapi rata-rata perhari dibutuhkan 50 kg rumput segar, dan untuk penambah stamina dengan diberikan konsentrate sejumlah 5 kg/ekor/hari dengan harga Rp 5.000,- per Kg. Sedangkan Rumput gajah biasa ditanam oleh anggota kelompok tani di hutan yang masuk wilayah Perum Perhutani di sekitar Wana Wisata Coban Talun, setiap anggota rata-rata memiliki lahan hutan yang ditanamani rumput gajah dengan luasan kurang lebih 1.200 mtr.
Dalam hal perawatan kesehatan sapi dilakukan oleh Dinas Pertanian Peternakan Kota Batu dan oleh KUD Batu. Apabila ditemukan sapi yang sakit anggota kelompok tani bisa langsung menelpon ke Dinas Pertanian Peternakan atau ke KUD Batu, tidak berapa lama dokter atau mantri hewan akan datang untuk melakukan pemeriksaan dan perawatan.
Kendala yang dihadapi oleh para anggota kelompok tani ini adalah untuk pengembangan kandang karena kesulitan lahan yang akan dibangun. Karena anakan yang dihasilkan tersebut anggota inginnya untuk tetap dipelihara sebagai indukan. Sedangkan kendala yang kedua yaitu belum adanya tempat pemrosesan limbah / kotoran sapi. Mereka berharap adanya CSR dari pihak lain untuk membangunkan Biogas yang bisa menghasilkan gas untuk memasak di lokasi kandang dan kotoran sapi bisa dikelola menjadi pupuk organik yang bisa dijual kepada petani yang ada diwilayah Tulungrejo. Juga diharapkan kotoran sapi tidak mencemari sungai yang ada di wilayah Desa Tulungrejo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar