Wisata Religi Desa Tulungrejo Batu Akan Dilengkapi Rest Area

KIM Anjasmoro Tulungrejo Batu – Pura Giri Arjuno yang terletak dilereng Gunung Arjuno sebelah barat tepatnya 3 Km dari Dusun Junggo Desa Tulungrejo atau 11 Km dari Kota Batu. Pada hari Sabtu dan Minggu selalu ramai dengan kunjungan wisatawan dari Bali maupun dari berbagai Kota di Indonesia, mereka yang datang kebanyakan adalah Umat Hindu. Kedatangan mereka ke Pura terbesar kedua di Jawa Timur ini selain sengaja dengan tujuan berwisata juga untuk beribadah di Pura tersebut. Menurut Suparman (50 tahun) tokoh umat Hindu dari Junggo ada kepercayaan Umat Hindu yang telah berdo’a di Pura tersebut segala permintaannya kepada Sang Hyang Widi selalu dikabulkan, berita tersebut telah tersebar dari mulut ke mulut. Dan mereka yang telah berhasil dalam usaha bisnisnya atau pekerjaannya akan selalu datang dan berdo’a kembali di tahun berikutnya. Pada hari besar keagamaan Umat Hindu seperti saat hari Raya Galungan, Kuningan dan Nyepi wisatawan yang hadir semakin banyak jumlahnya. Bahkan mereka harus memarkirkan bus-busnya di pinggir jalan sepanjang dusun Junggo. Kehadiran bus-bus tersebut disatu sisi membawa berkah bagi sopir-sopir angkutan umum mikrolet yang punya jalur trayek Junggo Batu. Karena mereka yang mengangkut umat Hindu yang datang ke Pura Giri Arjuno dengan membawa kendaraan besar, tidak memungkinkan kendaraan tersebut langsung dibawa naik ke Pura Giri Arjuno. Jalan menuju Pura Giri Arjuno dari Junggo sudah kondisi beraspal bagus tetapi karena lebarnya kurang lebih hanya 3 meter dan jalan menanjak sehingga hanya memungkinkan dilalui untuk kendaraan roda empat jenis pick up dan mikrolet saja. Kehadiran mereka juga membawa berkah bagi pedagang apel yang berjualan di pinggir jalan, para wisatawan dipastikan akan membeli oleh-oleh apel dan membeli hasil olahan dari apel yang berupa keripik apel, sari apel celup dan minuman fermentasi apel. Berkah juga terkadang diperoleh warga yang memiliki kebun apel yang buahnya sudah bisa dipanen. Mereka bekerja sama dengan Tour Guide untuk menjalankan Wisata Petik Apel, yaitu wisatawan yang masuk kebun apel dengan tarif Rp 20.000,- hingga Rp 30.000,- bisa petik apel sendiri dan memakan sepuasnya didalam lokasi kebun. Tetapi kalau keluar kebun mereka membawa apel maka apel yang dibawa keluar harus dibayar sesuai dengan harga yang disepakati dengan pemilik kebun. Tour guide yang mengantarkan para wisatawan melakukan wisata petik apel tersebut menjelaskan cara budidaya apel mulai dari cara menanam hingga proses agar apel bisa berbuah kembali. Tanaman apel ini hanya bisa tumbuh di dataran tinggi diatas 1.000 meter diatas permukaan laut (dpl) dan tidak semua pegunungan yang ada di Indonesia bisa ditanami apel. Karena budidaya apel butuh kemampuan perawatan khusus. Setelah buah apel di panen menunggu 15 hari masa dormansi, lalu daun apel dirompes/digugurkan dengan cara manual. Proses rompes daun ini harus dilakukan karena di Indonesai hanya mengenal 2 musim yaitu musim panas dan musim hujan. Setelah dirompes akan tumbuh bunga dan daun bersamaan. Kalau cuaca bagus tidak ada hujan dan berkabut, petani apel akan bergembira karena bunganya akan jadi bakal buah apel. Setelah bakal buah apel ini tumbuh perlu penyemprotan obat-obatan untuk perangsang buah dan obat anti inteksida serta fungisida. Apabila perawatannya dilakukan secara rutin tentunya hasilnya akan memuaskan dan hasil panennya akan melimpah. Kepala Desa Tulungrejo Suliono sangat memperhatikan kondisi wilayah desanya. Sehingga pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa tahun 2018 ini telah menganggarkan pembangunan Rest Area sebesar Rp 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah) yang bersumber dari Dana Desa dan keputusan tersebut telah disetujui oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Tulungrejo. Suliono menjelaskan bahwa lahan yang akan dibangun tersebut merupakan bengkok eks Modin H. Sobirin yang luasnya kurang lebih 4.000 meter persegi. Saat ini masih ada tanaman apel dan disampaikan pula bahwa pembangunan tersebut akan dilakukan sambil menunggu apel yang masih dirawat bisa panen dulu. Lahan apel yang akan dijadikan Rest Area kondisinya berbukit sehingga butuh alat berat dan mengangkut tanah untuk dibuat lebih rata dan dapat menampung kendaraan dalam jumlah yang besar. Hal yang sama juga disampaikan oleh Ketua BPD Tulungrejo Bambang Eko Pribadi bahwa keberadaan Rest Area nantinya supaya dilengkapi pertokoan dan pusat oleh-oleh dan toilet yang layak. Sehingga wisatawan yang datang selain untuk tujuan ke Pura Giri Arjuno juga bisa dimanfaatkan buat wisatawan yang akan petik apel, dan tujuan ke Wanawisata Coban Talun. Semoga apa yang dicita-citakan bisa terwujud dan tentunya yang diharapkan selain memperoleh Pendapatan Asli Desa (PADes) juga bisa mengangkat kesejahteraan warganya yang nantinya turut bekerja di lokasi Rest Area tersebut. Selanjutnya bahwa pengelolaan Rest Area tersebut akan diserahkan kepada BUMDesa (Badan Usaha Milik Desa). (arif erw)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar