Kandang Sapi Komunal Telah Meningkatkan Kesejahteraan Kelompok Tani di Kota Batu


KIM Anjasmoro Batu – Kandang sapi komunal yang terletak di lahan Perum Perhutani Unit 2 Malang yang masuk wilayah BKPH (Bagian Kesatuan Pangkuan Hutan) Pujon juga secara administratif masuk bagian dari RW 15 Dusun Wonorejo Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Di Kandang Komunal ini terdapat dua kelompok pengelola yaitu Kelompok Tani  “Gunung Harta” dan Kelompok  Tani “Wonorejeki”. Kelompok Tani Gunung Harta beranggotakan  24 orang warga Desa Tulungrejo, sedangkan Kelompok Tani “Wonorejeki” beranggotakan pengurus dan anggota LMDH (Lembaga Masyrakat Desa Hutan) “Wono Lestari” yang merawat ternak sapi tersebut kurang lebih 35 orang. Kelompok Tani  “Gunung Harta” didirikan tahun 2012 berakta Notaris dan telah didaftarkan pada Kementrian Hukum dan HAM RI sedangkan Kelompok Tani “Wonorejeki” di dirikan tahun 2013 yang merupakan bagian dari LMDH (Lembaga Masyrakat Desa Hutan) “Wono Lestari” yang berdiri sejak tahun 2003.


Pada tahun 2015 kedua kelompok tani ini mendapatkan bantuan dari Dirjen Peternakan Kementrian Pertanian sejumlah 100 ekor sapi yang dikelola oleh Kelompok Tani Gunung Harta sejumlah 50 ekor dan Kelompok Tani Wonorejeki juga 50 ekor. Sedangkan dari  Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Batu juga memberikan hibah sejumlah 20 ekor sapi yang dikelola oleh kelompok tani “Wonorejeko”, juga bantuan hibah pembangunan Kandang Komunal. Awalnya bantuan hibah sapi tersebut langsung dikelola di masing-masing kandang sapi milik setiap anggota karena bantuan sapi diterima pada  tahun 2015 tetapi kandang komunal belum terbangun. Setelah ada pemeriksaan dan arahan dari Dirjen Peternakan pada tahun 2016 kandang komunal tersebut baru dibangunkan oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Batu.
Menurut Hartono (49 tahun) Sekretaris Kelompok Tani Gunung Harta bahwa setiap tahunnya rata-rata sapi betina yang mereka kelola tersebut telah beranak 2 kali. Anakan tersebut sebagian diperuntukkan untuk warga sekitar yang tidak memiliki sapi dengan cara bekerjasama bagi hasil untuk merawatnya. Bagi hasil tersebut disepakati bahwa setelah anakan sapi nanti besar kalau sudah layak dijual dengan bagi hasil 70 persen untuk yang merawat sapi dan 30 persen untuk kelompok  tani “Gunung Harta”. Sedangkan hasil dari penjualan susu sapi yang bisa dinikmati oleh para anggota kelompok tani peternak rata-rata diperoleh susu 15 ltr / ekor / hari dengan harga jual ke KUD (Koperasi Unit Desa) Batu per Ltr dihargai Rp 5.000,-



Untuk kebutuhan  rumput  per ekor sapi rata-rata perhari dibutuhkan  50 kg rumput segar,  dan untuk penambah stamina dengan diberikan konsentrate sejumlah 5 kg/ekor/hari dengan harga Rp 5.000,- per Kg. Sedangkan Rumput gajah biasa ditanam oleh anggota kelompok tani di hutan yang masuk wilayah Perum Perhutani di sekitar Wana Wisata Coban Talun, setiap anggota rata-rata memiliki lahan hutan yang ditanamani rumput gajah dengan luasan kurang lebih 1.200 mtr.
Dalam hal perawatan kesehatan sapi  dilakukan oleh Dinas Pertanian Peternakan Kota Batu  dan oleh KUD Batu. Apabila ditemukan sapi yang sakit anggota kelompok tani bisa langsung menelpon ke Dinas Pertanian Peternakan atau ke KUD Batu, tidak berapa lama dokter atau mantri hewan akan datang untuk melakukan pemeriksaan dan perawatan.
Kendala yang  dihadapi oleh para anggota kelompok tani ini adalah untuk pengembangan kandang karena kesulitan  lahan yang akan dibangun. Karena anakan yang dihasilkan tersebut anggota inginnya untuk tetap dipelihara sebagai indukan. Sedangkan kendala yang kedua yaitu belum adanya tempat pemrosesan limbah / kotoran sapi. Mereka berharap adanya CSR dari pihak lain untuk membangunkan Biogas yang bisa menghasilkan gas untuk memasak di lokasi kandang dan kotoran sapi bisa dikelola menjadi pupuk organik yang bisa dijual kepada petani yang ada diwilayah Tulungrejo. Juga diharapkan kotoran sapi tidak mencemari sungai yang ada di wilayah Desa Tulungrejo.


Pada liburan sekolah Kelompok Tani Gunung Harta pernah menerima kunjungan untuk Wisata  Edukasi  dari pelajar yang datang dari luar Kota Batu. Mereka mengenakan tiket masuk seharga Rp 20.000 / orang  yang nantinya selain akan mendapatkan penjelasan dari perwakilana kelompok tani cara budidaya sapi yang baik dan sehat dengan penjelasan  cara memerah susu sapi, cara  memberikan makan sapi, cara perawatan kesehatan sapi. Pengunjung wisata edukasi juga akan mendapatkan  1 gelas susu yang sudah siap diminum. Kalau ingin membawa pulang susu mentah  maka akan diberikan harga Rp 10.000 /ltr. Untuk peningkatan kesejahteraan pendapatan peternak sapi ini mereka berharap ada kerjasama dari Dinas Pariwisata Kota Batu untuk pengembangan Wisata Edukasi bisa diarahkan kepada kelompok tani mereka. Dan memang sudah terbukti bahwa dengan beralihnya mereka menjadi Peternak Sapi telah mengurangi aktivitas sebelumnya sebagai petani penggarap di lahan hutan. Semoga ke depannya petani bisa sejahtera sesuai visi misi Walikota Batu Dewanti Rumpoko “Desa Berdaya Kota Berjaya”. (arif erw)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar