Batu
Agropolitan, Wednesday, 09 April 2014 15:33
BATU – Serangan hama kutu sisik, ternyata masih menghantui petani apel Kota
Batu, meski sudah ada upaya pembasmian besar-besaran. Faktanya, penyakit pohon
apel kutu perisai (lepidosaphes beckii) itu, hingga kini tetap dikeluhkan
petani Bumiaji.
Wakil Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Apel Bumi Jaya, Kecamatan Bumiaji, Darmanto mengatakan, serangan hama itu menjadi beban sangat berat bagi petani hingga terancam gagal panen lagi.‘’ Serangan mulai meluas, malahan petani di wilayah Tulungrejo, Bulukerto dan Giripurno juga ikut mengeluhkan kutu sisik ini, selain di Desa Bumiaji sendiri,’’ tegas Darmanto.
Kutu sisik tersebut, memiliki sifat serangan yang sporadis atau tidak mengenal cuaca dan lokasi. Dalam suasana hujan maupun kemarau pun, hama tersebut tetap menyerbu pohon apel. Jika petani tetap ingin panen, maka dibutuhkan penanganan khusus melalui penyemprotan dua kali sehari yang notabene biayanya pun juga besar.
‘’Jika daun mulai berguguran karena kutu sisik, petani terpaksa menggunakan soda api. Jika tidak, panen yang sudah di depan mata bisa gagal total,’’ katanya.
Menurutnya, kutu sisik menyerang pada batang pohon. Akibatnya, pohon maupun buah menjadi rusak dan puncaknya mati. Penyebaran kutu berlangsung cepat yang menyerang seluruh bagian tanaman, mulai akar hingga daun. Imbasnya, tanaman apel mengering sehingga buahnya kecil dan rusak.
Dalam kondisi normal, produksi apel bisa mencapai 30-40 ton per hektar. Namun akibat terserang kutu sisik, produksi cukup mencapai sekitar 15-20 ton per hektare atau mengalami penurunan 50 persen, dengan kondisi buah yang tidak maksimal.
Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Batu, Sugeng Pramono, mengatakan, hama kutu sisik itu menyerang hampir setiap tahun. Untuk menanganinya, Pemkot memberikan bantuan berupa obat.
Selain itu pembasmian secara terpadu, yang diharapkan mampu menekan populasi kutu perusak tanaman apel ini. Pembasmian secara missal, juga sudah dilakukan sejak 2011 lalu.
“Pemkot juga melakukan revitalisasi pohon apel, yang rata-rata sudah berusia lanjut,” tambahnya. (feb/lyo)
Wakil Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Apel Bumi Jaya, Kecamatan Bumiaji, Darmanto mengatakan, serangan hama itu menjadi beban sangat berat bagi petani hingga terancam gagal panen lagi.‘’ Serangan mulai meluas, malahan petani di wilayah Tulungrejo, Bulukerto dan Giripurno juga ikut mengeluhkan kutu sisik ini, selain di Desa Bumiaji sendiri,’’ tegas Darmanto.
Kutu sisik tersebut, memiliki sifat serangan yang sporadis atau tidak mengenal cuaca dan lokasi. Dalam suasana hujan maupun kemarau pun, hama tersebut tetap menyerbu pohon apel. Jika petani tetap ingin panen, maka dibutuhkan penanganan khusus melalui penyemprotan dua kali sehari yang notabene biayanya pun juga besar.
‘’Jika daun mulai berguguran karena kutu sisik, petani terpaksa menggunakan soda api. Jika tidak, panen yang sudah di depan mata bisa gagal total,’’ katanya.
Menurutnya, kutu sisik menyerang pada batang pohon. Akibatnya, pohon maupun buah menjadi rusak dan puncaknya mati. Penyebaran kutu berlangsung cepat yang menyerang seluruh bagian tanaman, mulai akar hingga daun. Imbasnya, tanaman apel mengering sehingga buahnya kecil dan rusak.
Dalam kondisi normal, produksi apel bisa mencapai 30-40 ton per hektar. Namun akibat terserang kutu sisik, produksi cukup mencapai sekitar 15-20 ton per hektare atau mengalami penurunan 50 persen, dengan kondisi buah yang tidak maksimal.
Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Batu, Sugeng Pramono, mengatakan, hama kutu sisik itu menyerang hampir setiap tahun. Untuk menanganinya, Pemkot memberikan bantuan berupa obat.
Selain itu pembasmian secara terpadu, yang diharapkan mampu menekan populasi kutu perusak tanaman apel ini. Pembasmian secara missal, juga sudah dilakukan sejak 2011 lalu.
“Pemkot juga melakukan revitalisasi pohon apel, yang rata-rata sudah berusia lanjut,” tambahnya. (feb/lyo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar