Pembangunan Desa Wisata Fokus Di Desa Tertinggal

Pariwisata Kota Batu saat ini lebih banyak mengandalkan wisata buatan. Hal ini memang dalam waktu cepat bisa meningkatkan angka kunjungan wisata hingga lebih dari 3 juta wisatawan pertahun.

Namun demikian mengandalkan wisata buatan, seperti yang dikembangkan Jatim Park Group, di sisi lain juga rawan. Karena akan mudah disaingi oleh daerah lain.
Oleh karena itu, Dinas Pariwisata Kota Batu mulai back to basic, yaitu memperkuat kembali pengembangan desa wisata dan wisata alam sebagai wisata unggulan karena hal itu tidak dimiliki oleh daerah lain.
“Wisata alam dan pedesaan itu tak mudah lekang ditelan waktu dan tak mudah disaingi daerah lain.
Sehingga kita perlu memperkuat kembali ke wisata alam tersebut,” ungkap Kepala Dinas Pariwisata, Budi Santoso, Rabu (17/12).
Dijelaskan untuk pengembangan desa wisata dan wisata alam tersebut, diperlukan sinergi antar SKPD terkait, seperti Dinas Pengairan dan Bina Marga menangani ketersediaan sarana jalan yang memadai. Sedangkan pengembangan pertanian organik oleh Dinas Kehutanan dan Pertanian.
“Dinas Pariwisata sendiri fokus dalam pengembangan destinasi wisata dan menyiapkan pelaku wisatanya,” tuturnya.

Dalam tahun anggaran 2015, anggaran pembangunan pariwisata memang tergolong kecil yaitu hanya Rp16 milyar. Anggaran itu tersedot untuk promosi pariwisata sebesar Rp4 miliar dan pembangunan Coban Talun sebesar Rp3,7 miliar.
“Desa wisata tetap dapat tapi anggarannya kecil sangat kecil dan tidak fokus. Saya berusaha menggandeng pihak ketiga untuk pembangunan desa wisata agar moncer,” katanya.
Menurut Budi Santoso, pembangunan desa wisata tersebut difokuskan ke desa-desa tertinggal yang memiliki potensi untuk dikembangkan.
Sejumlah desa wisata yang akan digarap optimal yaitu desa Tulungrejo yang akan diintegrasikan dengan Coban Talun, desa Gunungsari dengan wisata olah raga (paralayang, haze dan sepeda gunung), serta desa Tlekung dengan pengembangan Coban Putri. Memoarema (jun)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar