Iklim Tak Menentu, Butuh Biaya Besar




MALANG EXPRES, Batu-United States Agency International Development (USAID) Indonesia  saat ini sedang melakukan penelitian terkait dengan dampak perubahan iklim terhadap pertumbuhan pohon apel di Kota Batu. Sabtu (19/9) malam mereka menggelar pertemuan dengan kelompok Tani Apel di Dusun Junggo Desa Tulungrejo dirumah salah seorang petani setempat.
Amin Budiarjo dari USAID Indonesia menjelaskan kedatangan mereka untuk mendapatkan  informasi  terkait dampak perubahan iklim yang ada saat ini. Khususnya yang dirasakan  langsung oleh petani apel di Kecamatan Bumiaji.  “Kita ingin tahu dampak perubahan iklim ini terhadap sektor pertanian, khususnya tanaman apel.
Identifikasi ini merupakan kajian awal dari rencana program kita untuk membantu mengatasi permasalahan perubahan iklim di Jawa Timur,” ujar Amin di hadapan  beberapa orang petani apel serta tokoh masyarakat Dusun Junggo, Desa Tulungrejo. Dalam pertemuan ini, beberapa orang petani mengutarakan bahwa iklim yang tidak menentu saat ini mengakibatkan petani apel harus mengeluarkan biaya yang semakin besar.
“Lima atau sepuluh tahun yang lalu, petani masih bisa memprediksi  keadaan cuaca jauh hari,  namun sekarang  kita tidak bisa lagi, memprediksi 30 hari ke depan saja kita tidak tahu apa yang akan terjadi dengan tanaman kita,” ujar Imam Tohari, salah satu petani.
Hal senada juga dibenarkan oleh Heri, petani apel yang lain.  Saat ini masih harus menambahkan Zat Perangsang Tumbuh (ZPT) import dari Jerman untuk proses pembungaan. Saat ini harga obat ZPT tersebut semakin mencekik  leher petani karena harga obat-obatan ini tergantung fluktuasi kurs rupiah terhadap dolar.
Sementara Hariono, petani apel yang lain  menyampaikan  bahwa bertani apel selain bergantung pada suhu udara, juga membutuhkan pupuk organik. Namun hingga saat ini petani masih belum bisa  menggunakan pupuk organik 100 persen,  karena dalam satu kawasan pertanian masih ada yang menggunakan pupuk kimia.
Sementara saat ini harga apel ditingkatan petani hanya berkisar Rp 6 ribu perkilogramnya.  Dalam pertemuan itu, petani mengharapkan agar Dinas Pertanian  sering turun kelapangan untuk melakukan penelitian terhadap penyakit apel yang ada dikebun mereka. (muh/nda)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar