Minggu, 25 Oktober 2020

Menjelang New Normal Warga Tulungrejo Haus Keramaian


BATU – Sabtu  (24/10/2020) bertempat di lapangan sepak bola Dusun Junggo Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu Jatim telah dilangsungkan Pentas Seni Bantengan. Uniknya kegiatan ini berita hanya dari mulut ke mulut  warga yang pulang dari kebun melewati lapangan bola itu. Para pemain yang kebanyakan memakai seragam t-shirt berwarna hitam bertuliskan Banteng Tunggul Rejo Bocek Karangploso.
Penonton yang hadir terlihat kebanyakan warga dari luar Desa Tulungrejo. Salah seorang rombongan pemain Banteng Tunggul Rejo Bocek Karangploso Herman menyampaikan, ”Kegiatan pentas seni ini untuk mengikuti undangan gebyak grup bantengan yang baru terbentuk dari Dusun Wonorejo Desa Tulungrejo yang bernama Bantengan Arya Biru. Selain itu juga sudah lama Grup Banteng Tunggul Rejo dari Dusun Bocek Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang selama Covid-19 ini tidak melakukan pentas seni dan saat ini kita bermain untuk memperkenalkan diri kepada warga Desa Tulungrejo”. 
Samsul Wandoyo warga Dusun Junggo Desa Tulungrejo menyampaikan, “Sangat mengapresiasi pentas seni bantengan ini, meskipun tidak dipungut ticket masuk penontonnya cukup melimpah. Sedikit mengurangi kejenuhan adik-adik yang masih duduk dibangku sekolah, bisa bebas keluar rumah mendapatkan hiburan dan tentunya banyak penjual mainan yang turut meramaikannya”.

Pewarta : Arif Erwinadi

Kamis, 22 Oktober 2020

1.700 Balita Stunting Di Kota Batu


BATU –Pada Rabu  (21/10/2020) bertempat di Caffee De Beran Rumah Kayu  Desa Sidomulyo Kecamatan Batu  Kota Batu Jawa Timur diadakan diskusi kesehatan bertemakan strategi penurunan Stunting di Kota Batu. Yang dihadiri oleh Ketua Tim Penggerak PKK Desa Sidomulyo, anggota Pokja Desa Sidomulyo Sehat, Forum Kota Batu Sehat dan dari Dinas Kesehatan Kota Batu. Dalam sambutannya Ketua Forum Kota Batu Sehat Salam Safitri menyampaikan, “Data balita stunting di Kota Batu ada 1.700 balita, sangat disayangkan mereka bukan dari keluarga tidak mampu tetapi dari keluarga menengah ke atas. Hal ini dikarenakan kesibukan ibu-ibu rumah tangga selain mengurus pekerjaan rumah tangga juga sibuk mengurus tanaman bunganya dikebun sehingga tidak sempat memperhatikan pola makan keluarganya.”
Aris Setyo dari Puskesmas Sisir Kota Batu menyampaikan, "Jumlah anak stunting di Kota Batu ada 1.700 balita dari 6.000 balita se Kota Batu yang datanya lengkap itu untuk data tahun 2019 dan di tahun 2020 ini sudah ada penurunan. Data tersebut diperoleh dari Kader Kesehatan yang ada dimasing-masing Desa Kelurahan. Stunting yaitu tinggi badannya tidak sesuai dengan anak seusianya,  biasanya karena  kurang protein. Untuk menentukan stunting tidak boleh menyebutkan nama anaknya. Kalau anak stunting maka tinggi dia akan berada di grafik bawah KMS (Kartu Menuju Sehat), tinggi badan dia berada di grafik minus 2 atau minus 3 itu juga sudah tergolong pendek dan sangat pendek. Stunting biasanya disebabkan pola makanan dan  faktor genetik juga mempengaruhi,". 
“Salah satu cara untuk mengurangi stunting Pemerintah Kota Batu telah memberikan bantuan susu dan biskuit serta tablet tambah darah untuk Ibu hamil. Sedangkan balita yang stunting diberikan juga bantuan susu dan biskuit selama 3 bulan secara gratis, untuk tahun 2021 juga sudah dianggarkan,” tambah Aris Setyo.

Salma Safitri Ketua Forum Kota Batu Sehat menambahkan, “Bila ada Ibu melahirkan yang dirumah sendirian, agar sebagai tetangga turut peduli. Supaya bisa memenuhi asupan gizi pada anaknya, biasanya baru melahirkan sudah harus mengurusi urusan rumah tangga juga harus mengurusi bayinya sendirian. Di butuhkan tetangga atau saudara dekatnya untuk membantu minimal untuk urus bayinya agar ada waktu untuk menyediakan makanan yang bergizi untuk dirinya sehingga asupan ASI memenuhi standar gizi buat bayinya. Melakukan Sosialisasi  agar warga desa selalu mengkonsumsi sayur-mayur dan makanan yang mengandung protein dengan mengurangi konsumsi yang mengandung karbohidrat berlebihan”.

Pewarta : Arif Erwinadi

Minggu, 18 Oktober 2020

Peringati HUT Ke 19 Kota Batu Dengan Tanam Pohon Dan Saberspungli

BATU – Dalam rangka memperingati HUT ke 19 Kota Batu diadakan tanam pohon satu orang satu pohon dan Saberspungli (sapu bersih sampah nyemplung kali) atau membersihkan sampah dengan beramai-ramai masuk sungai, pada Minggu  (18/10/2020) di Sabo Dam Dusun Payan Desa Punten Kecamatan Bumiaji  Kota Batu Jawa Timur. Yang dihadiri oleh Ketua Tim Penggerak PKK Kota Batu (Istri Wawalikota), Kepala Dinas Lingkungan Hidup, BPBD Batu, Camat Bumiaji, TNI, Polri, PKK Kecamatan Bumiaji, PKK Desa Punten, FPRB (Forum Pengurangan Risiko Bencana) Desa Punten, Linmas dan Relawan yang tergabung dalam tim Saberspungli dengan  jumlah 198 orang.
Wibi Asri istri Wakil Kota Batu yang juga Ketua Tim Penggerak PKK Kota Batu menyampaikan, "Mengapresiasi kegiatan Saberspungli dalam rangka HUT Kota Batu dan turut berpartisipasi kegiatan tanam pohon satu pohon satu nama. Kegiatan dapat terlaksana berkat kerjasama dengan Tim Saberspungli masuk sungai brantas memunguti sampah. Harapan ada kesadaran masyarakat Kota Batu untuk terlibat peduli sungai Brantas, karena sungai bukan tempat sampah jangan buang sampah ke sungai Brantas. Sampah sungai Brantas yang banyak ditemukan berupa pampers, pembalut wanita, baju, plastik, yang tidak mudah terurai dalam tanah. Juga menghimbau kepada warga Kota Batu dalam menghadapi pandemi Covid-19 supaya tetap jaga jarak, memakai masker dan mematuhi protokol kesehatan”.
Menurut Cahyono Hadi Ketua FPRB Desa Punten, "Saberspungli dilakukan di Desa Punten dalam rangka pengembangan Wisata Desa ke sungai Brantas. Selain kegiatan memunguti sampah dari sungai Brantas juga dilakukan  penanaman pohon selama 2 hari. Sabtu kemarin sebanyak 100 bibit dan hari ini 500 bibit buah-buahan ada apukat, nangka dan kopi.”

Pewarta : Arif Erwinadi

Jumat, 16 Oktober 2020

Jaga Kesehatan Jiwa Agar Tidak Tertular Covid-19


BATU - Pada Kamis (14/10/2020) bertempat di Balai Kelurahan Temas Kecamatan Batu Kota Batu Jawa Timur telah dilakukan sosialisasi oleh Dinas Kesehatan bertemakan Kesehatan Jiwa kepada perwakilan kelompok kerja Kelurahan Ngaglik Sehat dan anggota PKK.
Menurut  Andiawan petugas  Puskesmas Kelurahan Sisir Kecamatan Batu, "Saat ini masyarakat terfokus kepada pandemi Covid-19 dan terlena dengan kesehatan jiwanya. Sudah muncul gejala menuju kesana, awalnya orang sehat setelah pandemi ini tidak bekerja atau  ada salah satu keluarganya yang kena Covid-19  akibatnya akan dikucilkan di masyarakat, hal ini menimbulkan kejiwaan dan beban mental. Bila dia tertutup dipendam sendiri tidak mau cerita ke dokter / puskesmas maka akan menimbulkan gangguan kejiwaan. Untuk itu setiap orang supaya tidak terserang Covid-19 harus tetap menjaga kesehatan jiwa. Wajib meningkatkan imunitas tubuh seperti makan-makanan seimbang, minum air putih yang cukup minimal 2 Ltr perhari, olah raga minimal 30 menit sehari, berjemur di pagi hari minimal 2 kali seminggu, tidak merokok dan tidak minum alkohol”.
"Orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) yaitu orang yang mempunyai masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan/atau kualitas hidup sehingga memiliki resiko mengalami gangguan jiwa. Awalnya orang tersebut sehat-sehat saja tetapi setelah melihat berita di TV dan membaca di media sosial terhadap bahaya Covid-19, karena ketakutan akhirnya mudah tertular virus tersebut. Untuk gangguan jiwa ringan harus mendapatkan ilmu tentang COVID-19 dari sumber terpercaya, jangan merokok, minum alcohol atau zat terlarang saat menghadapi stress atau perasaan tidak nyaman, supaya melakukan relaksasi. Untuk pengalihan perhatian dengan bermain game, bernyanyi dan menonton film, melakukan Olahraga / yoga, selalu berpikir positif dan berserah diri kepada Tuhan,” ujar Andiawan
Hal senada juga disampaikan oleh dr. Emi dari Dinas Kesehatan Kota Batu, “Bagi yang sudah terganggu kejiwaan dalam kurun waktu lama, dengan memendam perasaannya sampai setahun dan gejala gangguan jiwa akan muncul setelah dua tahun lebih.  Bagi yang sudah terkena gangguan jiwa agar berobat rutin supaya cepat sembuh. Kalau tidak bisa cepat sembuh bila di diagnosa bisa masuk kategori ODGJ (orang dengan gangguan jiwa). Kalau sudah menderita ODGJ harus berobat rutin setiap hari minum obat, kalau berasa sembuh minum obatnya dihentikan sehari saja  kalau sudah kambuh lagi maka dosisnya harus ditingkatkan lagi”.
“Bagi penderita ODGJ setelah diperiksa juga ada yang menderita sakit, oleh karena saraf sensoriknya tidak merasakan apa-apa,  orang sehat kalau makan nasi basi bisa sakit perut. Kalau orang ODGJ, orang awam melihat kelihatannya tidak sakit, sebenarnya mereka juga sakit tapi tidak bisa merasakan. Yang kasihan sering terjadi dimasyarakat  ada orang ODGJ dikeroyok, padahal dia tidak tahu kalau melakukan kesalahan. Untuk itu peran keluarga yang harus menjaga dan menanganinya. Sering terjadi ada pasien ODGJ yang dibuang dari luar kota di Kota Batu lalu ditangani oleh Dinsos karena sudah ada pantinya. Dan semua pembiayaan yang dilakukan untuk pengobatan lewat Puskesmas diseluruh Kota Batu semua telah digratiskan karena sudah dianggarkan dalam APBD,” tambah dr. Emi.

Pewarta : Arif Erwinadi

Kamis, 15 Oktober 2020

Warga Kelurahan Ngaglik Wajib Membuat Jamban Sehat


BATU - Pada Rabu (14/10/2020) bertempat di halaman Balai RW 01 Belik Tanjung Jl. Lesti Kelurahan Ngaglik Kecamatan Batu Kota Batu Jawa Timur telah diadakan diskusi antara perwakilan kelompok kerja Kelurahan Ngaglik Sehat, Ketua RW, perwakilan ketua RT Kelurahan Ngaglik, Forum komunikasi Kecamatan Batu Sehat, perwakilan Forum Kota Batu Sehat dan Dinas Kesehatan Kota Batu.
Kata Ivan petugas  Puskesmas Kecamatan Batu, "Tema diskusi jamban sehat yang harus dimiliki semua warga di kelurahan Ngaglik pada khususnya dan semua warga Kota Batu pada umumnya. Beberapa permasalahan warga di RT 1 sampai dengan RT 4 di RW 1 belum ada jamban yang sehat karena punya toilet tetapi septictanknya mengalir ke sungai. Kelurahan Ngaglik telah melakukan sosialisasi akan diusulkan dibangunkan IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah) tetapi warga belum ada yang merespon. Di  RW 2 telah ada  bangunan IPAL  tetapi belum mencukupi kebutuhan warga, apabila dibangunkan IPAL akan kesulitan membangun toilet baru karena lahan yang tersedia sangat terbatas hal ini disebabkan telah rapatnya bangunan rumah antar warga;  Warga di RW 3 masih membuang sampahnya tetap ke sungai, Warga RW 4 masih memanfaatkan sumbermata air dari Belik Tanjung dan sebagian masih memanfaat air sumur meskipun hampir sebagian besar warga Kelurahan Ngaglik sudah mempergunakan sambungan air dari PDAM Kota Batu.”
Menurut  Ivan, "Permasalahan warga  Kelurahan Ngaglik ini solusinya membuat jamban dengan kedalaman septictank paling dalam hanya 2 meter saja dengan sistem mengecor bangunan hingga ke lantai bawah setptictank supaya tidak bocor ke sumber mata air yang diambil warga  maupun dari dalam sumur.  Setiap 2 tahun sekali harus disedot dengan memakai mobil sedot tinja. Untuk menghindari bau dari septictank harus dilakukan penyiraman dengan bakteri fermentasi seperti EM-4 agar bisa diproses secara organik dengan catatan tidak membuang pampers, kondom dan air sabun kedalam jamban."
Hal senada juga disampaikan oleh  Esty Kasi Kesehatan Lingkungan dan Keluarga  Dinas Kesehatan Kota Batu, "Telah menyampaikan kepada Ketua RW agar warga yang belum ada IPAL komunal segera  membuat proposal pengajuan ditujukan ke Dinas Ciptakarya PUPR supaya bisa dimasukkan perencanaan pembangunan untuk tahun mendatang. Sedangkan tugas Kelurahan Ngaglik  dan dari Pokja Kelurahan Ngaglik Sehat selama proses pengajuan bersama  Dinas Kesehatan, Ketua RW dan Ketua RT melakukan  sosialisasi kepada warganya." 
Salma Safitri  Ketua Forum Kota Batu Sehat menyampaikan, "Warga yang belum memiliki jamban supaya melakukan arisan setiap 15 hari sekali bergantian untuk membangun jamban. Misalnya satu jamban dengan biaya Rp 3.000.000,- apabila arisan 15 orang maka setiap setengah bulan sekali per orang arisan Rp 200.000,- dengan model arisan seperti ini tentunya akan dipupuk semangat gotong royong apabila pengerjaannya juga dilakukan secara bergantian."

Pewarta : Arif Erwinadi

Rabu, 14 Oktober 2020

Limbah Ternak Sapi Cemari Sungai Brantas dan Merusak Pohon Apel

Aliran air selokan yang berasal dari Dusun Wonorejo Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu disaat tidak ada hujan atau di musim kemarau terlihat berwarna hijau dan langsung masuk ke hulu Sungai Brantas. Sebagaimana video  yang telah dishare oleh Kepala Desa Tulungrejo Suliono di grup WhatsApp Forum Desa Tulungrejo. 

Menurut beberapa petani yang berada di Dusun Gerdu dan Dusun Gondang Desa Tulungrejo, limbah kotoran sapi (tletong) sangat meresahkan dan menganggu aktivitas pertanian mereka. Salah seorang Petani Apel  bernama Suwono yang juga mantan PJ Kepala Dusun Gondang menyampaikan, "Apabila air selokan dipergunakan untuk bahan baku penyemprotan tanaman, akan menganggu alat semprotnya karena serat dari kotoran sapi menutup saluran penyemprotan mesin diesel yang dipergunakan."
Juga dampaknya kalau air sungai yang tercemar limbah kotoran sapi digunakan untuk untuk menyemprot pohon apel berakibat kulit buahnya  burik tidak halus dan ke daun apel mudah terserang penyakit trutul, dan batang pohon apel mudah terserang penyakit.
Suliono Kepala Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu Jawa Timur saat ditemui dikediamannya  (10/10/2020) menyatakan bahwa telah turun ke lapangan bersama-sama dengan perwakilan dari Dinas Kesehatan, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pertanian, Kecamatan Bumiaji dan Forum Kota Batu Sehat beserta Pemerintah Desa Tulungrejo pada Agustus 2020 yang lalu. Kondisi yang ditemukan dilapangan ternyata para peternak membuang limbah sapinya langsung ke selokan dengan disiram pakai air. Disampaikan Suliono, jumlah sapi yang ada di Dusun Wonorejo kurang lebih ada 1.100 ekor baik yang berada di Kandang Komunal di kelola oleh Kelompok Tani Gunung Harta dan di kandang masyarakat dengan rata-rata per hari mengeluarkan kotoran lebih kurang 7 kg maka limbah yang dihasilkan mencapai 7,7 ton per hari. Hasil kesimpulan tim yang telah turun ke lapangan masalah limbah kotoran sapi tidak bisa diselesaikan oleh salah satu pihak saja tetapi harus ada penanganan secara serius baik oleh masyarakat agar ada keikut sertaan dalam menjaga lingkungannya dan masyarakat tetap bisa berkarya. Pemerintah Desa harus turut memfasilitasi secara bertahap demikian pula  Suliono berharap Pemerintah Kota Batu juga turut memfasilitasi dalam penyelesaiannya. Perlu dilakukan pembahasan multipihak baik dengan masyarakat dan OPD terkait serta Forum Kota Batu Sehat. Pemerintah Desa akan menerima dengan tangan terbuka keterlibatan beberapa pihak sehingga ada penyelesaian sesegera mungkin penanganan limbahnya. 

Stefanus Catur Ficaksono Wakil Ketua Forum Kota Batu Sehat menyampaikan bahwa Forum Kota Batu Sehat telah memiliki beberapa model penyelesaian penanganan limbah kotoran sapi yang jumlah cukup besar setiap harinya, sangat disayangkan apabila tidak diolah dan dimanfaatkan bahkan mencemari sungai Brantas. Limbah kotoran sapi tersebut bisa dikelola secara profesional selain lingkungannya bersih, juga akan menghasilkan hasil olahan pupuk organik ramah lingkungan yang sangat bermanfaat bagi para petani untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia secara berlebihan. Untuk itu berharap agar ada pertemuan tindaklanjut penyelesaiannya yang bisa difasilitasi oleh Dinas Kesehatan, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pertanian, Kecamatan Bumiaji maupun oleh Pemerintah Desa Tulungrejo sendiri.


Pewarta : Arif Erwinadi

Hasil Panen Murah, Petani Dapat Pupuk Bersubsidi Syaratnya Bentuk Kelompok Tani


BATU - Pada Senin (12/10/2020) bertempat di kantor Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) Mitra Arjuna Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu Jawa Timur telah diadakan rapat koordinasi antara perwakilan pengurus kelompok tani se Desa Tulungrejo, pengurus Gapoktan dan Koordinator Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Dinas Pertanian UPT Kecamatan Bumiaji dan perwakilan dari Toko Obat Pertanian.
Menurut Ketua Gapoktan Mitra Arjuna Ir. Luki Budiarti, permasalahan petani di Kota Batu saat ini sejak terjadinya pandemi Covid-19 semua hasil pertanian harganya murah dibawah harga rata-rata. Misalnya harga sawi putih awalnya Rp 3.000 s.d Rp 5.000,- per Kg, saat ini harganya Rp 500,- per Kg. wortel biasanya berkisar Rp 5.000, sd Rp 10.000,- per Kg untuk saat ini berkisar antara Rp 1.000,- sd Rp 2.000,-. Petani mengeluh dengan harga murah tetapi harga pupuk pertanian semakin mahal, sehingga untuk membiayai bertanam lagi sudah kesulitan keuangan karena hasilnya jauh dibawah BEP (break event point) atau biaya pulang pokoknya. 
Koordinator Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Dinas Pertanian UPT Kecamatan Bumiaji Dulkamar menyampaikan perbandingan antara petani yang sudah menjadi anggota Kelompok Tani dengan yang belum menjadi anggota Kelompok Tani lebih banyak yang belum masuk menjadi anggota Kelompok Tani. Berharap kepada perwakilan kelompok tani yang hadir pada pertemuan siang hari ini untuk menyampaikan kepada tetangganya yang belum masuk anggota kelompok tani agar segera membentuk kelompok tani dan dinas Pertanian siap mendampingi proses pembentukannya. Disampaikan pula saat ini dari Kepala Dinas Pertanian juga telah melayangkan surat kepada Pemerintah Desa  agar membantu warganya yang belum tergabung dalam kelompok tani supaya didorong untuk membentuk kelompok tani.
Untuk tahun 2020 ini anggota Kelompok Tani yang bisa membeli Pupuk Pertanian bersubsidi seperti Urea, ZA, SP36, NPK Phonska, dan Petroganik hanyalah yang sudah menjadi anggota Kelompok Tani sebelum tahun 2019 dan telah mengajukan E-RDKK (Elektronik Rencana Definitive Kebutuhan Kelompok) serta telah memiliki Kartu Tani. Kartu Tani untuk wilayah Kota Batu semuanya dikeluarkan oleh Bank BNI bukan oleh Dinas Pertanian. Sedangkan untuk kelompok tani yang telah terbentuk sejak tahun 2020 apabila tahun 2021 berharap bisa membeli pupuk pertanian bersubsidi wajib segera mengisi blanko E-RDKK untuk setiap petani yang dilampiri fotocopy KTP dan Kartu Susunan Keluarga. Penerima pupuk subsidi dengan luasan lahan maksimal 2 Hektar, apabila kepemilikan lahan lebih dari 2 Hektar sisanya agar membeli pupuk non subsidi.

Pewarta: Arif Erwinadi 

Budidaya Tanaman Stroberi, Solusi Petani Di Masa Pandemi Covid-19


BATU – Tanaman buah stroberi menjadi salah satu pilihan bagi petani Kota Batu di saat harga sayur mayur yang dihasilkan petani harganya sangat murah. Menurut Haris Pertistiwanto petani stroberi dari Dusun Wonorejo Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu, ada beberapa persyaratan agar tanaman stroberi ini bisa dibudidayakan antara lain :
1. Hasil maksimal akan diperoleh apabila stroberi ditanam di dataran tinggi dengan ketinggian 1.000 – 1.500 meter dari permukaan laut seperti di Kota Batu ini. 
2. Stroberi tidak bisa tumbuh dengan baik apabila curah hujan terus datang setiap hari. 
3. Stroberi akan tumbuh dengan baik dan menghasilkan buah dengan warna dan rasa yang sempurna di daerah dengan curah hujan 600 – 700 mm per tahun. 
4. Buah Stroberi termasuk tanaman subtropis yang bisa tumbuh di Indonesia dengan baik. Akan tetapi, tanaman ini hanya lebih mudah untuk beradaptasi pada dataran tinggi dengan temperatur suhu 17 – 20 derajat celcius. 
5. Pertumbuhan stroberi akan berlangsung dengan baik setelah mendapatkan sinar matahari selama 8 – 10 jam setiap harinya.
6. Tingkat kelembaban udara yang menstimulus pertumbuhan stroberi antara 70 – 80%. 
7. Derajat keasaman tanah atau pH tanah yang ideal untuk budidaya stroberi di dalam polybag atau pot adalah 6,5 – 7,0. 
8. Media tanam untuk berbudidaya stroberi bisa berupa polybag besar ukuran 70 cm yang mempunyai sifat poros, mudah menyerap air dan selalu tersedia unsur hara.
9. Di musim kemarau cara perawatannya mudah karena hama penyakit tidak sebanyak di musim penghujan.
Haris Pertistiwanto menyampaikan pada Selasa (13/10/2020) bertempat di kebun stroberinya yang terletak dikawasan Wanawisata Coban Talun dengan luasan lahan hampir 1 Ha. Selain menjual buahnya secara langsung kepada pembeli dari luar Kota Batu, ia juga melayani pembelian dari para pengunjung wisatawan dari luar Kota Batu yang datang di Desa Tulungrejo. Pengunjung yang datang bisa memetik buah secara langsung  setelah itu ditimbang berat buahnya dan dibayar sesuai harga pasarannya saat ini. Harga ditingkatan petani saat ini antara Rp 35.000,- hingga Rp 40.000,- itu untuk buah stroberi yang belum dipilih ukuran besar kecilnya.  Sedangkan untuk buah yang sudah dipilah grade A, B dan C untuk ukuran besar, sedang dan kecil tentu berbeda-beda harganya. 
Hal senada disampaikan oleh Agus Yuliawan petani dari Dusun Kajar Desa Pandanrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu, bahwa budidaya tanaman stroberi memang menguntungkan pada saat musim kemarau ini. Selain buah yang dihasilkan lumayan banyak karena bunga yang dihasilkan pasti menjadi buah dibandingkan saat musim hujan apabila bunga mekar terkena hujan atau mendung akan membusuk. Agus selain menjual buah stroberi dia juga menjual bibit stroberi, bagi petani lain atau wisatawan yang datang ke Kota Batu.

Reporter Arif Erwinadi
Kota Batu Jawa Timur.
Telah dimuat juga dimedia www.kastuba.com