Senin, 23 November 2015

Arohman Mustofa, Ketua Pokdarwis Tulungrejo Sukses Kembangkan Wisata Petik Apel

Satu Bulan Lima Hektar Kebun Apel Untuk Wisata Petik
Musim libur akhir tahun, petani apel di Kota Batu panen raya. Dengan konsep wisata petik apel Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), Arohman Mustofa sukses menggiring wisatawan ke kebun apel milik petani Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu.

Hamparan pohon apel di Dusun Junggo Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji kemarin  siang tampak hijau. Buah apel pun terlihat segar siap untuk di panen. Diantara pohon apel yang sudah siap panen, tampak sejumlah wisatawan yang sedang memilih buah yang akan dipetik.

Mau Ikut Balapan, Jual Apel Dulu

Meski bermodal pas-pasan, Riadi Rohman Ketua RW 11 Dusun Junggo Desa Tulungrejo mampu berkibar di dunia balap Slalom. Hanya dalam kurun waktu empat tahun saja, warga Kota Batu itu 15 kali memenangkan kejuaraan.



Riadi Rohman
ASAP mengepul dari knalpot pick-up menambah pengapnya udara di Dusun Kungkuk, Desa Punten, Sabtu (14/11) lalu. Deru mesin terdengar nyaring, sebanding dengan cepatnya laju kendaraan yang menemani Riadi Rohman di berbagai kejuaraan.
Siang itu, Rohman mencoba mobilnya di rumah Rifandi Andrianto, teman sejawatnya di dunia balap mobil slalom. ”Kami terkadang mengikuti perlombaan bersama,” ujar Rohman usai mencoba mobilnya.
Menjadi pembalap bukan pengalaman pertama bagi Rohman. Sebelum terjun ke dunia balap mobil slalom tahun 2011 silam, pria yang kesehariannya memetik apel di kebun itu sudah balapan sepeda motor.
Tahun 1997 lalu, Rohman mengikuti balap roda dua. Bukan untuk mengais rejeki. Sebab, kebutuhan kesehariannya sudah tercukupi dari hasil penjualan apel miliknya. Dia nekat terjun ke dunia balap roda dua sekedar menyalurkan hobi saja.
Lantaran hanya untuk bersenang-senang, selama satu tahun pertama dia tidak pernah memenangkan kejuaraan. Bosan karena selalu kalah, akhirnya Rohman fokus menjadi petani apel. ”Saya terjun di dunia balap roda dua hanya iseng-iseng saja,” kata pembalap berusia 34 tahun itu.
Rupanya, hari-harinya yang diisi pergi ke kebun dan memetik apel membuat Rohman bosan. Maklum, 13 tahun lamanya dia menjadi petani apel. Tahun 2011 lalu, Rohman iseng menyaksikan lomba slalom di alun-alun Kota Batu. Dari situ muncul keinginananya untuk ikut berkompetisi di dunia balap. Apalagi dia sadar betul, risiko balap mobil lebih ringan jika dibandingkan balap roda dua.
Karena sudah memiliki mobil pick up sendiri, dia menghitung biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar. Sebab, dia bisa memodifikasi mobilnya yang biasanya digunakan untuk mengangkut apel.
Hanya butuh waktu dua hari untuk memodifikasi mobilnya. Setelah itu, menemui temannya,

Model Makam Dinger Cocok untuk Objek Fotografi

KOTA BATU – Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Batu bekerja sama dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya Trowulan Mojokerto melakukan penggalian data atau eskavasi di Makam Dinger di Dusun Wonorejo, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji. Itu untuk merencanakan membuat objek wisata di daerah bersejarah itu. Objek bangunan tua itu potensial untuk wisata fotografi.
Eskavasi makam Dinger itu bertujuan untuk menjaga kelestarian cagar budaya. Sebab untuk Tahun 2016 mendatang akan difungsikan sebagai sebuah tempat wisata. Nugroho Harjo Lukito, ketua tim Ground Check Balai Pelestarian Cagar Budaya Trowulan Mojokerto mengatakan, pihaknya mencari data di sekitar makam Dinger. Sebab nantinya akan dikembangkan, seperti membangun sarana dan prasarana.
”Kami takutkan setelah pengembangan sekitar makam Dinger ada barang

Hujan Dua Jam, Tebing Longsor

KOTA BATU – Hujan deras yang mengguyur sejak pukul 11.00 hingga pukul 13.00, Rabu (11/11) kemarin, mengakibatkan longsor di Jalan Raya Dusun Junggo, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji. Tebing sepanjang 5 meter dengan ketinggian 3 meter itu ambrol. Beruntung tidak sampai memutus ruas jalan, sehingga jalur yang menghubungkan Sumber Brantas ke Bumiaji itu tetap lancar.
Kepala Desa Tulungrejo Suliono mengatakan, hujan menguyur wilayahnya cukup deras. Sedimen tebing di kawasan itu tidak kuat menahan derasnya guyuran air hujan, sehingga longsor. ”Untungnya tidak sampai menimbulkan korban jiwa,” kata Suliono.
Dia mengakui wilayahnya sering longsor. Sebab kawasan Tulungrejo berada di daerah kemiringan. Untuk itu, dia menghimbau warganya agar tetap waspada. ”Longsornya, tidak ngganggu pejalan raya. Hanya lima meter dari atas tebing,” kata Suliono.
Seperti yang diberitakan, Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD)Kota Batu telah memetakan titik longsor. Seperti lima titik tersebar di Kecamatan Bumiaji, tiga titik di Kecamatan Batu, dan satu titik di kecamatan Junrejo.
Untuk itu di wilayah Bumiaji, daerah rawan longsor berada di Dusun Jurang Kuali dan Dusun Krajan, di Desa Sumber Brantas. Selain itu juga di Dusun Kekep, Desa Tulungrejo dan Dusun Brau, Desa Gunungsari.
Sedangkan di Kecamatan Batu, titik rawan longsor tersebar di Dusun Songgoriti, Kelurahan Songgokerto, Dusun Toyomerto, Desa Pesangrahan, Dusun Kaliputih, Kelurahan Sisir, dan Desa Oro-oro Ombo. (muk/dan)
Sumber : Radar Malang

Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Batu, Tahan Sedimentasi, Ajukan Pembangunan Dam

BATU - Tingginya erosi tanah di lahan pertanian di daerah Sumberbrantas, Kecamatan Bumiaji turut menyumbang sedimentasi di aliras sungai Brantas dan Bendungan Sutami, Kabupaten Malang.
Terkait hal tersebut Dinas Pertanian dan Kehutanan Pemkot Batu mengajukan pembangunan dam penahan di sepanjang DAS Brantas Kota Batu dalam RAPBD tahun 2016. Dam ini berfungsi menahan sedimen seperti tanah dan pasir tanah tegalan di wilayah Desa Sumberbrantas.
"Sedimen dari atas ini akan tertahan di dam biar tidak terbawa hingga di bendungan, selain mencegah sedimentasi di bendungan, endapan di dam penahan bisa dipergunakan lagi oleh masyarakat," jelas Heru Waskito, Kabid Kehutanan dan Perkebunan.
Selain itu dam penahan ini berfungsi juga menahan kandungan nitrogen yang ada di sedimen. Zat ini yang menyebabkan racun yang bisa mematikan ekosistem. Dam penahan ini juga berfungsi untuk menahan longsoran, Direncanakan akan dibangun di Sumberbrantas hingga Dusun Junggo sebanyak 15 titik. Hanya saja pelaksanaan akan dilaksanakan secara bertahap. Tahun 2016 akan dibangun terlebih dahulu tiga titik dam.
Dari Rp 26 miliar ajuan anggaran Dinas Pertanian dan Kehutanan, Bidang Kehutanan dan Perkebunan hanya mendapatkan Rp 300 juta. Direncanakan alokasi anggaran tersebut akan dipergunakan selain untuk membangun dam penahan, juga dipergunakan untuk membudidayakan jahe organik dan penghijauan.
Di tempat terpisah, Sekretaris Perusahaan, Perum Jasa Tirta (PJT) 1, Ulie Mospar Dewanto menjelaskan perladangan terbuka di kawasan kritis memberikan sumbangan terbesar dari pencemaran sungai.
Ulie mencontohkan banyak ladang kritis ditemukan di wilayah Kota Batu, khususnya di wilayah Sumberbrantas. Terlebih ladang ini ditanami sayuran yang sebenarnya penanaman sayuran ini tidak ramah lingkungan, karena tidak bisa menahan air. Akhirnya tanah yang ada di ladang ini masuk ke dalam sungai hingga menimbulkan sedimentasi. “Sampai sekarang kita belum tahu bagaimana cara menanganinya,” tegasnya.
Sedimen ini mengancam keberadaan Waduk Sengguruh dan Waduk Sutami yang menjadi perlindungan daerah untuk tangkapan hujan dan pengendalian sedimentasi. “Waduk Sutami ini jantungnya Sungai Brantas dan Jawa Timur, kalau sampai Sutami tertutup, siap-siap warga Surabaya pindah ke Batu semua,” ujar Ulie. (muh/nda)
Sumber : Malang Ekspress 

Penolakan Izin Perpanjangan Tower di Junggo, Seminggu Tak Ada Respon, Warga Luruk Dishubkominfo

BATU - Pihak Kecamatan Bumiaji masih menunggu perkembangan di tingkat desa terkait penolakan izin perpanjangan tower Telkomsel di wilayah RW 11 Dusun Junggo, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji. Pasalnya dari surat yang masuk ke Kecamatan Bumiaji, belum diketahui secara pasti masa habisnya izin tower terdahulu.
Aris Imam Wahyono, Camat Bumiaji mengharapkan desa bisa berkoordinasi terlebih dahulu dengan Dinas Perhubungan. “Kita sarankan kepada desa untuk memastikan kapan habisnya izin tersebut. Kita akan melangkah setelah proses di desa tuntas,” terang Aris kepada Malang Ekspres, kemarin.
Menurut Aris, pihak desa saat ini masih berupaya memediasi dengan mempertemukan pihak pemilik lahan, pengelola tower dan warga. Pihaknya terus memantau perkembangan situasi tersebut.
Sedikit berbeda dengan rencana camat tersebut, sebaliknya warga menunggu respon dari pihak kecamatan terkait dengan permasalahan tersebut.  “Kalau seminggu tidak ada respon dari kecamatan, kita akan bergerak ke kantor Dishubkominfo,” terang warga yang tidak

Takut Ambruk, Warga RW 11 Junggo Tolak Perpanjang Izin Tower

BATU - Warga Rukun Warga (RW) 11, Dusun Junggo, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji menolak memperpanjang izin pemasangan tower di dekat SDN Tulungrejo 2. Warga menolak memperpanjang tower yang sudah 10 tahun berdiri di sana karena takut.
Posisi tower Telkomsel yang berada di dataran tinggi, d iatas permukiman warga membuat warga was-was. Jika hujan deras turun atau ada angin kencang warga di sekitar tower khawatir tower tersebut ambruk.
Karena itulah ketika pertemuan antara warga dengan pemilik lahan dan pengelola tower dilaksanakan beberapa waktu lalu, warga beramai-ramai menolak. Namun di luar dugaan pemilik tanah telah menerima uang sewa perpanjangan kontrak tower.
“Letak tower agak ke atas, berada di atas permukiman. Ketika hujan deras turun atau saat angin bertiup kencang warga menjadi was-was,” jelas Riadi Rochman, Ketua RW 11, Dusun Junggo, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji.

Khawatir Roboh, Warga Tolak Perpanjangan Tower

Warga RW 11 Dusun Junggo Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji, memprotes adanya perpanjangan kontrak tower seluler. Pasalnya warga setempat khawatir tower tersebut roboh.
Ketua RW 11, Riadi Rochman mengatakan, jika s